Alhamdulillah, akhirnya mama done vaksinasi covid-19 juga. Tanggal 07 Maret lalu mama melakukan vaksinasi tahap kedua setelah bulan Januari dilakukan vaksin tahap pertama.
*disclaimer:
artikel ini saya tulis berdasarkan hasil wawancara saya dengan mama. Dikarenakan kesibukan, saya tidak mendampingi mama secara langsung saat beliau melakukan vaksinasi. Tapi informasi yang saya tuliskan ini, insyaallah sesuai keadaan yang sebenarnya.
**
Kami anak-anaknya, sangat bahagia ketika mendengar mama sudah berhasil divaksinasi karena awalnya kami memang ragu dan takut. Mama adalah penderita tekanan darah tinggi sekaligus pengidap gondok. Kalo boleh jujur, kami mendukung agar mama tidak usah divaksin saja karena takut KIPI-nya parah atau terjadi hal yang tidak diinginkan usai divaksin. Namun karena mama sudah ngebet banget kepengen vaksin, kami anak-anaknya tidak bisa ngapa-ngapain selain mendukung keinginan tersebut sembari berdoa dalam hati agar semua baik-baik saja.
Mama pertama kali mengantre untuk divaksin pada akhir bulan Desember tahun 2021 namun saat itu gagal divaksin karena ketahuan menderita gondok. Itupun ketahuannya karena ada bidan tetangga yang melihat. Si bidan langsung melarang mama untuk divaksin. Menurut bidan, mama baru boleh vaksin setelah mendapat persetujuan dari dokter ahli penyakit dalam. Mendengar keterangan bidan, dokter yang melakukan screening kesehatan pada mama geleng-geleng kepala, kok bisa mama tidak bilang kalo dia adalah penderita gondok. Alasan mama tidak bilang adalah karena LUPA. Duh, ckckck 🤦♀️
Lalu pada minggu pertama bulan Januari 2022 mama ke kota Baubau untuk memeriksakan gondoknya ke dokter ahli penyakit dalam sekaligus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Di Buton Tengah, walau sudah ada dokter ahli yang dimaksud namun alat laboratotiumnya belum lengkap jadi sebaiknya pemeriksaanya dilakukan di kota Baubau. Menurut hasil lab, gondok yang diderita mama bukanlah gondok beracun dan oleh dokter ahli diperbolehkan untuk vaksin. Alhamdulillah.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa baru sekarang dilakukan pemeriksaan laboratorium? Mengapa tidak dari dulu saja? Alasannya karena selama menderita gondok (mama gondok sejak tahun 1988), mama tidak merasakan keluhan apapun dan gondok mama juga tidak membesar. Sejak dulu besarnya segitu aja. Namun walau tidak pernah ke dokter ahli, mama selalu berkonsultasi dengan dokter di puskesmas dan rutin mengonsumsi obat gondok yang diambilnya dari puskesmas (setahun terakhir sudah tidak lagi).
Baca Juga: Pengalaman suami melakukan vaksinasi covid-19 tahap I
Singkat cerita, setelah mendapatkan hasil lab, mama segera bertemu dokter ahli penyakit dalam yang ada di RSUD Buton Tengah. Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 26 Januari 2022, mama melakukan vaksin pertama.
Mengetahui mama melakukan vaksin, kami deg-degan. Takut akan ada efek yang kurang baik bagi kesehatan mama, namun ketakutan kami tidak terjadi. Setelah vaksin kondisi mama alhamdulillah baik-baik saja. Efek yang dirasakan mama hanya ngantuk dan lapar saja. Ahh bahagia dan lega rasanya mengetahui efeknya "seringan" itu.
Waktu terus berlalu, hingga sampailah pada jadwal yang ditentukan untuk vaksin kedua. Mama segera ke puskesmas untuk divaksin namun baru saja tiba di puskemas, perawat memberitahu bahwa stok vaksin sedang kosong. Mama agak kecewa mendengarnya karena beliau sudah sangat siap divaksin.
Hingga sampailah pada tanggal 07 Maret 2022 ada pelaksanaan vaksinasi masal di sekolah dekat rumah mama. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, mama segera ke sana dan alhamdulillah stok vaksinnya sudah ada.
Namun berbeda dengan vaksin pertama yang tidak ada KIPI, vaksinasi tahap 2 ini mama merasakan KIPI yang lumayan, yaitu mual dan demam selama dua hari. Di lengan tempat disuntiknya vaksin juga bengkak. Saya sampai khawatir dengan efek yang dirasakan mama ini. Saat diberitahu tentang KIPI ini, saya langsung ke rumah mama untuk melihat keadaannya. Syukurlah hal itu tidak berlangsung lama karena saat saya tiba di rumah mama, keadaan mama sudah membaik.
Saat tiba di rumah mama, mama langsung memperlihatkan sertifikat vaksin-nya yang sudah dilaminating. Duh, dasar mamaku, walau ngakunya sedang tidak enak badan, masih sempat-sempatnya pergi print dan laminating sertifikat vaksinnya 🤦♀️. Dan setelah melihat sertifikat inilah saya baru tahu kalo vaksin yang digunakan adalah Pfizer, sebelumnya saya pikir mama mendapatkan vaksin Sinovac, sama seperti kami.
Baca Juga: Pengalaman Wahyu melakukan vaksinasi covid-19 tahap I
Kini mama mulai sedikit lega walau kadang-kadang masih suka memikirkan vaksin apa yang akan ia dapatkan saat booster nanti? Apakah masih sama seperti dua vaksin sebelumnya ataukah jenis vaksin lain seperti Astra Zeneca, Moderna atau Sinovac? Apapun itu, yang kami harapkan mama selalu sehat dan bahagia 😊🤗