Hari ini, Senin 18 Januari 2021, tepat 9 hari engkau lahir ke dunia fana ini, Anakku. Tahukah kamu, mama dan papa gak menyangka engkau akan hadir di hari itu karena sebelumnya gak nampak tanda-tanda layaknya kehadiran dua kakakmu.
Memang sehari sebelum kamu lahir, saat mama ke kamar mandi untuk buang air kecil, mama mendapati celana mama berdarah tapi darah yang keluar lagi-lagi gak seperti pertanda saat kedua kakakmu akan lahir. Mama bahkan berpikir itu bukan darah karena warnanya memang gak merah tapi cenderung kecokelatan.
Baca Juga: Selamat Datang Anakku, Rayyan!
Rencananya, sebelum kamu lahir yang diperkirakan tanggal 14 Januari 2021, mama masih akan mengunjungi dokter kandungan sekali lagi untuk memastikan posisi tubuhmu. Entahlah, mungkin karena mama berencana melahirkanmu di puskesmas, jadi rasanya mama gak siap bila kamu hadir tanpa memastikan semuanya baik-baik saja, terlebih saat terakhir kali diperiksa, posisimu masih sungsang.
Mama sudah janjian dengan dokter kandungan untuk bertemu pada akhir Desember 2020 atau awal Januari 2021, tapi karena pandemi sedang melanda, ibu hamil yang usia kandungannya sudah di atas 35 minggu wajib melakukan rapid test sebelum bertemu dokter. Dan sayangnya, saat melakukan rapid test, hasilnya adalah reaktif. Mama disarankan melakukan isolasi mandiri dan baru boleh datang kembali untuk melakukan rapid dua minggu kemudian.
Dua minggu berlalu, dan mama berencana kembali melakukan rapid test. Sebelum melakukan rapid test, terlebih dahulu mama mengunjungi bidan. Bidan tersebut yang melakukan rapid tes pada mama. Pukul tujuh malam mama ke rumah bidan dan kami janjian untuk bertemu keesokan harinya di puskesmas untuk melakukan test-nya. Oh iyaa, saat itu tanggal 8 Januari 2021, beberapa jam sebelum kehadiranmu. Setelah melakukan rapid test, rencananya mama akan ke dokter pada tanggal 11 Januari 2021.
Pulang dari rumah bidan, perasaan mama baik-baik saja dan mama tetap melakukan kegiatan rutin seperti malam-malam biasanya. Pukul 22.00, mama bersiap-siap hendak tidur. Tapi saat hendak memejamkan mata, perut mama mulai mulas. Mama mencoba mengalihkan rasa mulas itu dengan membaca buku tapi rasa mulasnya gak mau hilang. Mama menelepon papa yang saat itu masih di rumah temannya. Mama menyuruh papa untuk segera pulang karena rasa mulas yang datang ritmenya semakin teratur dan semakin sering datangnya.
Pukul 23.00 papa tiba di rumah. Setelah menyiapkan semua yang dibutuhkan, pukul 23.30 mama dan papa keluar rumah menuju puskesmas. Saat tiba di puskesmas, ternyata pintu puskesmasnya tertutup. Gak ada petugas yang ada di sana malam itu. Melihat mama yang selalu meringis kesakitan, papa mengambil inisiatif untuk mengantar mama ke rumah ibu bidan, tapi sayang rumah ibu bidan pun tertutup. Sepertinya, karena sudah larut malam, ibu bidannya sudah istirahat.
Kami pun kembali ke puskesmas. Papa menggedor-gedor pintu UGD namun gak ada yang keluar. Mama yang merasa gak enak hati, meminta papa untuk pulang saja ke rumah dan nanti besok pagi baru datang kembali ke puskesmas, lagian mama sudah janjian sama bidan untuk bertemu. Namun papa bergeming, ia tetap menggedor-gedor pintu hingga salah satu staf puskesmas keluar. Rupanya mereka sudah istirahat karena sudah larut malam. Saat itu waktu sudah menunjukkan hampir pukul 01.00.
Staf tersebut bertanya apa keperluan kami. Setelah mengetahui pasiennya adalah ibu hamil, staf tersebut segera memanggil bidan yang piket malam itu. Mama langsung diajak ke ruang bersalin. Di sana mama ditest rapid, diukur tekanan darahnya, dilakukan beberapa pemeriksaan. Saat ibu bidan hendak mengukur detak jantungmu, saat itu mama merasa pengen pipis. Ibu bidan mempersilakan mama untuk pipis dulu. Mama langsung ke kamar mandi untuk pipis namun tiba dalam kamar mandi pipis mama gak keluar, yang ada mama malah merasa BAB.
Mama kemudian ingat pada apa yang dikatakan bidan saat melahirkan kakakmu Rayyan dulu, bahwa bila sudah merasa mulas dan pengen banget BAB, berarti sudah saatnya bayi akan lahir. Menyadari hal itu, mama langsung panik dan segera keluar dari kamar mandi, namun baru tiga langkah keluar dari kamar mandi, ketuban mama pecah dan violaaaa kamu lahir. Suara tangismu memecah kesunyian malam itu.
Baca Juga: Pengalaman Melahirkan Anak Kedua Secara Normal
Ahhhh, Anakku, kelahiranmu sungguh sangat berkesan. Bukan hanya prosesnya yang begitu cepat dan gak sesuai prediksi namun pengalaman yang mama rasakan saat melahirkanmu adalah yang pertama kalinya yang bahkan gak pernah terpikirkan sama sekali. Beruntung papa gak mengabulkan keinginan mama untuk pulang ke rumah, gak kebayang apa yang terjadi bila papa mengiyakan keinginan mama 😔.
Anakku, sembilan hari yang lalu, di jam seperti saat mama mempublish artikel ini, kita sudah berada di rumah. Kamu tertidur sangat lelap di pangkuan mama yang masih belum percaya kamu hadir secepat ini. Selamat datang anakku, Zafran! Sehat selalu, dan tumbuhlah menjadi pribadi yang jujur, bahagia dan penuh cinta. Doa mama akan selalu menyertai langkahmu di dunia yang penuh tantangan ini. Mama sayang kamu ❤️❤️.