pic source: pixabay |
Tak terasa, usia Rayyan, anak kedua saya, pada tanggal 18 nanti akan masuk tiga bulan. Saat ini, selain menikmati masa-masa indahnya menyusui dan begadang, saya juga mulai dihantui beragam ketakutan terkait perkembangan Rayyan. Entahlah saya takut perkembangannya tidak sesuai dengan bayi-bayi pada umumnya.
Ngomong-ngomong tentang perkembangan bayi atau anak, saya jadi ingat saat anak pertama saya, Wahyu berusia satu hingga hampir tiga tahun deh. Saat itu kesabaran saya dan suami sebagai orang tua diuji.
Ujian apakah yang menimpa kami? Adalah Wahyu yang mengalami keterlambatan bicara alias speech delay. Saat Wahyu berusia satu hingga menjelang tiga tahun, baru beberapa patah kata saja yang bisa ia ucapkan seperti mama, papa, cucu (susu), oma, bue ayun (ayunan), minum, matan (makan) dan beberapa kata laininya namun tak sebanyak kosa kata yang diketahui anak seusianya.
Demi mengembangkan kemampuan bicaranya, beragam cara kami lakukan mulai dari cara umum yang sering dilakukan orang kebanyakan hingga cara-cara tradisional yang tidak memiliki nilai ilmiah sama sekali alias tidak masuk akal. Dalam pikiran kami hanya satu, Wahyu secepatnya bisa bicara seperti anak seusianya.
Beragam pertanyaan kami terima terkait keterlambatan bicara ini. Dan kami bahkan dihakimi karena punya anak yang telat bicara. Yang menyedihkan, penghakiman paling sering malah datang dari orang terdekat yang seharusnya memberi dukungan pada kami. Wahyu dibanding-bandingkan dengan anak tetangga seusianya yang sudah lancar bicara. Bahkan karena terlambat bicara ini anak saya sempat di-cap bodoh, huwaaaaa kalo ingat itu jadi sedih deh, huhuhu
Tak bisa dipungkiri, terkadang orang tua seringkali menganggap sepele masalah keterlambatan berbicara pada anak usia dini ini. Beberapa ada yang percaya mitos bahwa perkembangan berbicara anak bisa saja terlambat karena perkembangan di bidang lain lebih cepat. Saya dan suami termasuk dalam kategori ini.
Namun sebagai orang tua harusnya kita tak boleh begitu. Walau perkembangan setiap anak berbeda, tapi bila anak memperlihatkan ciri-ciri yang tidak sesuai milestone-nya (salah satu contohnya kemampuan berbicara), tak ada salahnya mencari tahu.
Speech delay atau keterlambatan bicara merupakan bentuk keterlambatan dalam perkembangan atau mekanisme seseorang untuk mengeluarkan suara. Speech delay sering terjadi pada masa awal pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang berhubungan dengan kesiapan otak dapat diakibatkan oleh kurangnya interaksi antara anak dan orang tua. Dalam kondisi lebih serius, speech delay dapat menunjukkan adanya gangguan pendengaran hingga gangguan mental pada anak.
Speech delay dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak sehingga mengakibatkan kesulitan untuk berkomunikasi dan mengekspresikan keinginannya kepada orang lain. Hal ini akan menyulitkan orang tua untuk memahami keinginan buah hatinya. Deteksi yang lebih dini dapat membantu perkembangan anak untuk mengejar ketertinggalan dalam hal kemampuan berbicara.
Speech delay dapat berhubungan dengan keterlambatan kemampuan dalam berbahasa dan berbicara pada masa perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. Terdapat perbedaan diantara keterlambatan kemampuan berbahasa dan berbicara. Keterlambatan berbahasa berhubungan dengan kemampuan untuk menyatakan isi pikiran atau menyerap informasi dari lingkungan, sedangkan keterlambatan berbicara berhubungan dengan kemampuan untuk mengucapkan, mengeluarkan suara atau melafalkan suatu kata.
Kemampuan setiap anak untuk berbicara berbeda-beda sehingga sulit untuk menyamakan kemampuan seorang anak dengan anak lainnya. Hal ini dikarenakan bentuk kesiapan otak setiap anak berbeda. Namun, terdapat beberapa tanda yang dapat membantu mengukur perkembangan kemampuan berbicara anak. Tanda-tanda tersebut antara lain:
- Pada usia hingga 1 tahun, anak dapat mengucapkan kata yang menunjukkan kedua orang tuanya seperti kata ‘mama’ dan ‘papa’
- Pada usia 1-2 tahun, anak dapat menunjuk ke arah orang tuanya dan merespon ketika namanya dipanggil.
- Pada usia 2 tahun, anak dapat menunjuk benda atau mengucapkan 2-3 kata, interaksi dengan bicara dengan bentuk komunikasi sederhana.
“Anak-anak yang mengalami speech delay memiliki risiko terkena gangguan jiwa juga ternyata, depresi, ansietas/kecemasan. Tentu semua itu terasa tidak nyaman karena mereka tidak bisa mengungkapkan apa yang sedang mereka rasakan, sedihkah, marahkah, kecewakah”, lanjutnya. Huwaaa, speed delay ini ternyata tidak bisa dianggap sepele yaa.
Ada banyak faktor penyebab speech delay, salah satunya adalalah faktor lingkungan yang deprivasi, yaitu keadaan di mana orang-orang di sekitar anak terlalu berharap banyak pada kemampuan anak. Contohnya, anak berusia 3 tahun diminta pakai 3 bahasa: Indonesia, Mandarin, Inggris. Buat anak yang tidak mengalami gangguan mungkin menjadi hal biasa tapi mengharapkan hal ini pada anak speech delay tentu bisa kacau. Bila terus dipaksakan, akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Dampak lain yang mungkin terjadi yaitu prestasi akademik akan berkurang, anak menjadi pencemas tinggi, interaksi sosial anak juga akan memburuk.
Oleh karena bila anak mulai terdeteksi speech delay, orang tua wajib melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan. Anggia menganjurkan agar anak sering diajak bermain, bukan hanya diberikan mainan. “Harus terjadi interaksi dua arah antara orang tua dengan anak. Interaksi seperti itu, tak hanya kosa katanya yang berkembang, kemampuan emosinya juga akan berkembang. Ajak main sesering mungkin, bermain yang bener-benerbermain,” katanya menganjurkan.
Selain bermain, beberapa cara lain yang bisa dicoba adalah bercerita, bernyanyi, bermain peran, berinteraksi dengan anak sebayanya, serta memberikan tanggungjawab sesuai dengan usia anak. Ia melanjutkan tiap usia memiliki standar yang harus dilalui anak agar tidak terjadi speech delay.
Orang tua tidak boleh lelah melakukan stimulasi kepada anaknya yang terdeteksi memiliki keterlambatan bicara. Jika orang tua merasa sulit melakukannya sendiri, boleh meminta bantuan professional, salah satu yang menyediakan jasa professional untuk melakukan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak yaitu Dini.id.
Apa itu Dini.id?
Dini.id adalah startup yang khusus dirancang untuk memberikan program stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak dengan memadukan antara teknologi, ilmu psikologi, orang tua, dan tim ahli.
Beberapa program Dini.id adalah :
- Sistem assessment online gratis di website www.dini.id yang dapat mengidentifikasi keterlambatan dan potensi dalam perkembangan anak.
- Kelas stimulasi dan intervensi sambil bermain yang dilakukan di playground-playground mitra yang dirancang untuk mengaktifkan neuron dalam otak sehingga meningkatkan perkembangan kognitif dan menjadi dasar perkembangan tahap selanjutnya terutama untuk belajar.
- Program assesment, observasi & investigasi berkala yang disupervisi oleh psikiater dan psikologklinisuntuk mengoptimalkan perkembangan anak yang berbeda-beda dan unik.
Para peserta dan pembicara launching website dini.id (Foto: dok. Faidah Umu Sofuroh) |
Mereka percaya bahwa bermain adalah aktivitas terpenting bagi anak untuk belajar dan berkembang, oleh karena itu Dini.id bekerjasama dengan playground yang mudah dijangkau dan ramah anak, merancang suatu program khusus permainan anak bersama orang tua yang berfungsi untuk menstimulasi perkembangan anak dengan dibimbing oleh kid's trainer profesional. Dengan demikian orang tua dapat mempelajari pengetahuan yang tepat untuk mengoptimalkan potensi pada anaknya agar menjadi anak-anak yang mandiri dan tangguh di masa depan.
Jika orang tua mencari cara sederhana sekaligus menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama sambil membantu anak-anaknya tumbuh dan belajar, mendatangi dini.id adalah keputusan yang tepat karena stimulasi di dini.id ini telah dirancang untuk membantu perkembangan anak mencapai tahapan yang optimal dengan cara bermain dan belajar yang menyenangkan.
Tim Dini.id berfokus pada aspek-aspek dasar dari penilaian perkembangan umum anak-anak pada setiap tahapan usianya. Tim akan memberikan stimulasi sesuai perkembangan usia anak dan mengamati bagaimana anak-anak tumbuh dan berubah seiring waktu dan apakah anak tersebut memenuhi tonggak perkembangan yang khas dalam bermain, belajar, berbicara, berperilaku, dan bergerak.
Tim Dini.id akan memberikan pelaporan secara berkala perkembangan anak di bidang kognitif, perkembangan motorik, perkembangan sensorik, perkembangan emosi, komunikasi, kemampuan interaksi sosial dan kemampuan adaptif anak. Para orang tua dapat memperoleh laporan ini secara online.
Tim Dini.id juga akan membantu orangtua untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memerlukan dukungan tambahan dan apakah ada kebutuhan untuk intervensi atau layanan dukungan lainnya. Tim Dini.id yang di supervisi oleh psikiater anak dan psikolog klinis anak akan mengidentifikasi keterlambatan perkembangan anak dan mengevaluasi dampak yang ditimbulkannya dalam memenuhi tonggak perkembangan.
Dengan stimulasi dan intervensi yang baik dalam tumbuh kembang anak, diharapkan speech delay yang terjadi pada anak bisa segera teratasi.
*sumber tulisan:
https://dini.id/
https://dini.id/speech-delay