Anakku, minggu lalu, di jam yang sama, mama sedang berada di puskesmas Lombe menanti detik-detik kelahiranmu. Mama ditemani papa, oma, 'bisa (dukun lahiran) dan ibu bidan ada di salah satu ruang bersalin di Puskesmas Lombe sembari deg-degan.
Hari itu, sekitar pukul sepuluh pagi, saat semua orang rumah sedang mengantar kakakmu, Wahyu, ke pantai dekat rumah kita untuk merendam bekas jahitan sunatnya, mama mulai merasakan tanda-tanda awal kehadiranmu. Saat mama ke kamar mandi untuk buang air kecil, celana mama berdarah.
Melihat tanda itu, mama langsung teringat pada proses kelahiran kakakmu bertahun silam dan berkesimpulan sebentar lagi mama sudah bisa memelukmu. Tahukah kamu? Rasa sakit yang mulai rutin menyerang seolah tak terasa lagi lantaran ditutupi perasaan bahagia membayangkan sebentar lagi mama sudah bisa menimangmu. Waktu menunggu sembilan bulan lamanya akhirnya akan berakhir juga. Oh bahagianya! 🥰
Baca Juga: Pengalaman Melahirkan Anak Pertama Secara Normal
Mama segera menyiapkan perlengkapan kelahiranmu sembari menunggu papa dan kakakmu pulang. Sesampainya mereka di rumah, segera mama bisik papamu. Papa segera memberi tahu Oma Lakudo dan terakhir memberitahu kakakmu. Namun rupanya kakakmu ingin ikut ke puskesmas tapi dilarang oleh papa dan Oma Lakudo (dengan berat hati, mama juga ikut melarangnya). Alasannya, luka sunatnya masih basah dan belum memungkinkan untuknya melakukan perjalanan jauh.
Kakakmu bersikeras, ia sampai menangis. Ia ingin banget menyambutmu secara langsung sesuai yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Mama dan kakak memang sudah sepakat untuk menyambut kelahiranmu bersama-sama, mungkin karena itulah ia sedih banget gak bisa ikut. Cukup alot kami membujuknya hingga akhirnya ia mau melepaskan mama dan papa pergi ke rumah Oma Lombe sebelum akhirnya ke puskesmas.
Singkat cerita, berangkatlah mama dan papa ke Lombe. Ya, seperti kakakmu, mama juga ingin kamu lahir di Lombe, sebuah tempat yang sangat bersejarah untuk mama karena di sanalah mama tumbuh, bersekolah dan menghabiskan masa kecil yang bahagia. Alasan lain karena saat merawatmu, mama ingin berada dekat dengan Oma Lombe (mamanya mama).
Baca Juga: Masa-Masa Sekolah Dasar yang Menyenangkan
Anakku, di jam yang sama seperti hari ini, seminggu yang lalu mama dan kamu sedang berjuang. Kita berdua berjuang untuk bertemu setelah sembilan bulan mama hanya bisa merasakan pukulan dan tendanganmu. Hanya bisa memandangmu lewat layar monitor dokter kandungan yang rajin mama kunjungi setiap bulan karena kangen padamu.
Anakku, di jam yang sama seperti hari ini, seminggu yang lalu akhirnya kamu hadir di tengah-tengah kami. Sore itu, kamu hadir memecah kesunyian dan mencairkan ketegangan yang terjadi di salah satu kamar ruang bersalin Puskesmas Lombe. Semua bahagia menyambut kehadiranmu, tangisanmu disambut ucapan syukur dari semua yang ada di dalam ruangan itu.
Hari itu, sekitar pukul sepuluh pagi, saat semua orang rumah sedang mengantar kakakmu, Wahyu, ke pantai dekat rumah kita untuk merendam bekas jahitan sunatnya, mama mulai merasakan tanda-tanda awal kehadiranmu. Saat mama ke kamar mandi untuk buang air kecil, celana mama berdarah.
Melihat tanda itu, mama langsung teringat pada proses kelahiran kakakmu bertahun silam dan berkesimpulan sebentar lagi mama sudah bisa memelukmu. Tahukah kamu? Rasa sakit yang mulai rutin menyerang seolah tak terasa lagi lantaran ditutupi perasaan bahagia membayangkan sebentar lagi mama sudah bisa menimangmu. Waktu menunggu sembilan bulan lamanya akhirnya akan berakhir juga. Oh bahagianya! 🥰
Baca Juga: Pengalaman Melahirkan Anak Pertama Secara Normal
Mama segera menyiapkan perlengkapan kelahiranmu sembari menunggu papa dan kakakmu pulang. Sesampainya mereka di rumah, segera mama bisik papamu. Papa segera memberi tahu Oma Lakudo dan terakhir memberitahu kakakmu. Namun rupanya kakakmu ingin ikut ke puskesmas tapi dilarang oleh papa dan Oma Lakudo (dengan berat hati, mama juga ikut melarangnya). Alasannya, luka sunatnya masih basah dan belum memungkinkan untuknya melakukan perjalanan jauh.
Kakakmu bersikeras, ia sampai menangis. Ia ingin banget menyambutmu secara langsung sesuai yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Mama dan kakak memang sudah sepakat untuk menyambut kelahiranmu bersama-sama, mungkin karena itulah ia sedih banget gak bisa ikut. Cukup alot kami membujuknya hingga akhirnya ia mau melepaskan mama dan papa pergi ke rumah Oma Lombe sebelum akhirnya ke puskesmas.
Singkat cerita, berangkatlah mama dan papa ke Lombe. Ya, seperti kakakmu, mama juga ingin kamu lahir di Lombe, sebuah tempat yang sangat bersejarah untuk mama karena di sanalah mama tumbuh, bersekolah dan menghabiskan masa kecil yang bahagia. Alasan lain karena saat merawatmu, mama ingin berada dekat dengan Oma Lombe (mamanya mama).
Baca Juga: Masa-Masa Sekolah Dasar yang Menyenangkan
Anakku, di jam yang sama seperti hari ini, seminggu yang lalu mama dan kamu sedang berjuang. Kita berdua berjuang untuk bertemu setelah sembilan bulan mama hanya bisa merasakan pukulan dan tendanganmu. Hanya bisa memandangmu lewat layar monitor dokter kandungan yang rajin mama kunjungi setiap bulan karena kangen padamu.
Anakku, di jam yang sama seperti hari ini, seminggu yang lalu akhirnya kamu hadir di tengah-tengah kami. Sore itu, kamu hadir memecah kesunyian dan mencairkan ketegangan yang terjadi di salah satu kamar ruang bersalin Puskesmas Lombe. Semua bahagia menyambut kehadiranmu, tangisanmu disambut ucapan syukur dari semua yang ada di dalam ruangan itu.
Anakku, selamat datang di dunia yang penuh tantangan ini. Tumbuhlah
menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas dan ceria. Jadilah insan yang
berjiwa seluas samudera, jujur, tidak mudah membenci, dan yang paling
penting jadilah manusia yang penuh cinta kepada sesama., Harapan mama
dan papa, jadilah pejuang yang bisa menaklukkan kehidupan yang keras
ini 😇
Selamat datang anakku, Rayyan! 😘💙🤗