pic source: pixabay.com |
Sembilan hari yang lalu, tepatnya tanggal 31 Januari 2017, saya mengalami kejadian kurang menyenangkan. Kira-kira pukul delapan malam, salah seorang teman kantor (sebut saja Kumbang-bukan nama sebenarnya) nge-ping saya di BBM. Tanpa prasangka apa-apa, saya balas dan bertanya apakah ada yang bisa dibantu?.
Kumbang membalas bbm saya dan berkata bahwa dia kehabisan pulsa dan minta tolong untuk dikirimin pulsa karena internet banking-nya bermasalah jadi dia tidak bisa mengisi pulsa. Kumbang berkata bahwa akan mengganti uang saya keesokan harinya saat kami bertemu di kantor. Tanpa merasa curiga saya langsung mengiyakan dan bertanya, minta dikirimin pulsa yang berapa?
Dia menjawab pulsa Rp. 100.000,-. Berhubung saat itu saya sedang sendirian di kost karena adik saya sedang piket malam (yang artinya tidak akan ada yang mengantar saya keluar membeli pulsa), dan mobile banking saya juga terblokir, jadilah saya membalas bahwa saya hanya bisa mengiriminya pulsa Rp. 50.000,- (kebetulan saat itu saya baru dapat hadiah pulsa Rp. 50.000,- dari lomba blog yang saya ikuti). Tak lupa, saya membalas pesannya dengan mengemukakan alasan mengapa saya hanya bisa mengiriminya pulsa Rp. 50.000,-.