Huwaaaa, tak terasa sekarang sudah hari kamis lagi yah? Itu berarti saatnya saya kembali hadir dengan tulisan kolaboratif blogging. Tulisan saya kali ini terinspirasi dari tulisan kecenya Mba Ade Delina Putri di website KEB yang berjudul “Balada Grup WhatsApp”.
Whatsapp? Apaan tuh? Itulah pertanyaan yang saya ajukan pada suami saat pertama kali mendengar kata ini disebut. Sambil tersenyum atau mungkin juga ngedumel dalam hati “ya Allah, kok istriku gini amat sih? Aplikasi whatsapp saja dia gak tau?” suami saya menjawab “whatsapp itu fungsinya mirip bbm”. Mendengar penjelasan suami saya pun mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.
Lalu suami menawarkan diri untuk memasang aplikasi ini di handphone saya. Tapi tawaran itu dengan tegas saya tolak “kalo fungsinya sama seperti bbm, lebih bagus gak usah dipasangin, bikin penuh memori hapeku saja”. Suami lagi-lagi hanya tersenyum mendengar penolakan istrinya yang keras kepala ini.
Saya mah orangnya setia. Kalo sudah suka sama sesuatu, ogah untuk mendua. Kalo sudah pake Blackberry Messenger, ngapain harus pake aplikasi lain yang fungsinya sama? Dan bukan hanya itu, selain setia sayapun bukan tipe orang yang mudah jatuh hati pada hal baru.
Saya ingat, saya baru bersedia memakai handphone blackberry setelah berkali-kali dibujuk oleh suami. Alasannya dia mulai resah karena saya jarang banget membalas smsnya. Menurut beliau bila kami berdua menggunakan aplikasi bbm yang saat itu hanya ada di handphone Blackberry maka komunikasi kami bisa lebih lancar dan intens *fyi, saya dan suami menjalani long distance marriage”. Suami sering merasa bete karena pesannya jarang saya balas. Biaya sms mahal cuyy *dasar istri medit* LOL.
Baca Juga: Saya Ibu Bekerja yang Tinggal Berjauhan Dengan Anak & Suami
Selain itu saya juga sudah mulai resah dan bingung menjawab pertanyaan teman-teman yang selalu menanyakan PIN BB saya. Karena dua alasan ini akhirnya saya mau juga membuka hati untuk memakai handphone Blackberry yang dibeliin suami.
Dan setelah memakai aplikasi Blackberry Messenger alias BBM kok perlahan-lahan saya mulai menyukainya yah? Seiring berjalannya waktu saya mulai merasa ada yang kurang bila dalam sehari tidak update status atau ganti display picture di BBM. Pokoknya saya merasa suka banget pada aplikasi BBM ini. Saat itu juga saya langsung menyesal mengapa terlambat memakai aplikasi kece ini.
pic source: pixabay.com |
Lalu suami menawarkan diri untuk memasang aplikasi ini di handphone saya. Tapi tawaran itu dengan tegas saya tolak “kalo fungsinya sama seperti bbm, lebih bagus gak usah dipasangin, bikin penuh memori hapeku saja”. Suami lagi-lagi hanya tersenyum mendengar penolakan istrinya yang keras kepala ini.
Saya mah orangnya setia. Kalo sudah suka sama sesuatu, ogah untuk mendua. Kalo sudah pake Blackberry Messenger, ngapain harus pake aplikasi lain yang fungsinya sama? Dan bukan hanya itu, selain setia sayapun bukan tipe orang yang mudah jatuh hati pada hal baru.
Saya ingat, saya baru bersedia memakai handphone blackberry setelah berkali-kali dibujuk oleh suami. Alasannya dia mulai resah karena saya jarang banget membalas smsnya. Menurut beliau bila kami berdua menggunakan aplikasi bbm yang saat itu hanya ada di handphone Blackberry maka komunikasi kami bisa lebih lancar dan intens *fyi, saya dan suami menjalani long distance marriage”. Suami sering merasa bete karena pesannya jarang saya balas. Biaya sms mahal cuyy *dasar istri medit* LOL.
Baca Juga: Saya Ibu Bekerja yang Tinggal Berjauhan Dengan Anak & Suami
Selain itu saya juga sudah mulai resah dan bingung menjawab pertanyaan teman-teman yang selalu menanyakan PIN BB saya. Karena dua alasan ini akhirnya saya mau juga membuka hati untuk memakai handphone Blackberry yang dibeliin suami.
di hp bb inilah pertama kali saya menggunakan aplikasi bbm |
Saya sangat menikmati memakai aplikasi BBM dan saking sukanya, saya tidak terpikir untuk memakai aplikasi lain yang sejenis. Saya bahagia karena suami tidak pernah komplain lagi. Kami tetap bisa berkomunikasi di sela kesibukan masing-masing. Komunikasi kami kembali berjalan sesuai harapan. Tak ada lagi ngambek-ngambekan karena pesan yang tak terbalas, hihihi. Begitu juga hubungan komunikasi saya dengan teman-teman, semua berjalan lancar sesuai yang diharapkan.
Baca Juga: Tips Hemat & Mesra Untuk Pasangan LDR
Hingga beberapa waktu yang lalu saya dikenalkan pada aplikasi pesan singkat lain yang bernama WhatsApp yang fungsinya menyerupai BBM, bahkan beberapa orang mengatakan bahwa aplikasi ini lebih bagus dari BBM. Apakah saya tertarik untuk menggunakan aplikasi tersebut? Sebagai orang yang setia dan susah jatuh hati pada hal baru tentu saja jawabannya adalah NO. Seperti yang saya katakan di paragraf ketiga, kalo fungsinya masih sama seperti BBM, tak ada alasan bagi saya untuk mencobanya. Ya allah, selain setia dan susah jatuh hati, ternyata saya juga tegas, medit dan efisien. LOL.
Tapi rupanya takdir berkata lain. Beberapa bulan yang lalu kesetiaan saya kembali diuji *ini ngomongin BBM/WA atau perselingkuhan sih? kok jadi serius gini bahasanya?*.
Semuanya bermula saat saya mendaftarkan diri untuk mengikuti arisan link yang diadakan oleh sebuah komunitas blogger. Saat itu saya tergabung dalam kelompok 3 bersama 28 orang lain. Oleh sang penanggung jawab grup, kami diminta untuk menyetorkan nomor yang dipakai di whatsapp. Apa??? Apakah ini pertanda bahwa saya harus memasang aplikasi Whatsapp di hape saya??? Oh Tidak!!! *ekspresinya seperti ekspresi mamanya si bawang merah yang sedang membentak si bawang putih dalam sinetron Bawang Merah Bawang Putih yang tayang di RCTI belasan ((BELASAN)) tahun lalu*
Maka dengan terpaksa akhirnya saya harus menelan pil pahit. Menjilat ludah sendiri. Aplikasi yang sebelumnya saya tolak harus saya minta kembali. Dengan ekspresi malu-malu kucing tapi mau saya pun meminta pada suami untuk memasang aplikasi ini di hape saya. Untungnya suami saya tidak mengungkit-ungkit penolakan saya di masa lalu, beliau langsung donlot dan pasangin aplikasinya di hape saya. Terimakasih honey :*
Dan apa yang terjadi setelah saya memasang aplikasi ini di hape dan mulai bergabung dengan satu grup di whatsapp? Bisa ditebak, yang terjadi adalah saya kembali merasa tertarik. Seperti halnya BBM, aplikasi ini juga berhasil membuat saya ketagihan menggunakannya. Ia berhasil mengakrabkan saya dengan banyak teman blogger. *note: sampai saat ini saya baru tergabung dalam dua grup WA yakni grup Collaborative Blogging & Arisan Link".
Berikut ini beberapa kelebihan BBM dan WhatsApp menurut saya:
- Blackberry Messenger (BBM)
So, bila sekarang ada pertanyaan seperti ini “lebih suka BBM atau WA?” diajukan pada saya maka jawabannya adalah saya tidak bisa menentukan pilihan karena saya suka pada keduanya.
Dengan berat hati saya harus mengakui satu hal bahwa ternyata saya tidak sepenuhnya setia pada BBM. Wahai aplikasi BBM, “Maafkan saya yang telah mendua!”.
Baca Juga: Tips Hemat & Mesra Untuk Pasangan LDR
Hingga beberapa waktu yang lalu saya dikenalkan pada aplikasi pesan singkat lain yang bernama WhatsApp yang fungsinya menyerupai BBM, bahkan beberapa orang mengatakan bahwa aplikasi ini lebih bagus dari BBM. Apakah saya tertarik untuk menggunakan aplikasi tersebut? Sebagai orang yang setia dan susah jatuh hati pada hal baru tentu saja jawabannya adalah NO. Seperti yang saya katakan di paragraf ketiga, kalo fungsinya masih sama seperti BBM, tak ada alasan bagi saya untuk mencobanya. Ya allah, selain setia dan susah jatuh hati, ternyata saya juga tegas, medit dan efisien. LOL.
Tapi rupanya takdir berkata lain. Beberapa bulan yang lalu kesetiaan saya kembali diuji *ini ngomongin BBM/WA atau perselingkuhan sih? kok jadi serius gini bahasanya?*.
Semuanya bermula saat saya mendaftarkan diri untuk mengikuti arisan link yang diadakan oleh sebuah komunitas blogger. Saat itu saya tergabung dalam kelompok 3 bersama 28 orang lain. Oleh sang penanggung jawab grup, kami diminta untuk menyetorkan nomor yang dipakai di whatsapp. Apa??? Apakah ini pertanda bahwa saya harus memasang aplikasi Whatsapp di hape saya??? Oh Tidak!!! *ekspresinya seperti ekspresi mamanya si bawang merah yang sedang membentak si bawang putih dalam sinetron Bawang Merah Bawang Putih yang tayang di RCTI belasan ((BELASAN)) tahun lalu*
Maka dengan terpaksa akhirnya saya harus menelan pil pahit. Menjilat ludah sendiri. Aplikasi yang sebelumnya saya tolak harus saya minta kembali. Dengan ekspresi malu-malu kucing tapi mau saya pun meminta pada suami untuk memasang aplikasi ini di hape saya. Untungnya suami saya tidak mengungkit-ungkit penolakan saya di masa lalu, beliau langsung donlot dan pasangin aplikasinya di hape saya. Terimakasih honey :*
Dan apa yang terjadi setelah saya memasang aplikasi ini di hape dan mulai bergabung dengan satu grup di whatsapp? Bisa ditebak, yang terjadi adalah saya kembali merasa tertarik. Seperti halnya BBM, aplikasi ini juga berhasil membuat saya ketagihan menggunakannya. Ia berhasil mengakrabkan saya dengan banyak teman blogger. *note: sampai saat ini saya baru tergabung dalam dua grup WA yakni grup Collaborative Blogging & Arisan Link".
aplikasi WhatsApp yang berhasil membuat saya mendua, hihihi |
- Blackberry Messenger (BBM)
- Yang saya suka di BBM adalah penggunanya dapat melihat berita terbaru yang dibagikan pengguna lainnya (ini mirip seperti facebook dimana kita dapat melihat status teman-teman muncul di timeline kita). Sebagai seseorang yang memiliki jiwa kepo yang tinggi, rasanya ini bagus untuk mengetahui gosip kabar terbaru dari teman-teman, hihihi.
- Privasi penggunanya lebih terjamin karena sistim pertemanannya melalui add PIN.
- Orang tidak mudah mengajak kita berteman di BBM. Seperti yang saya katakan di poin kedua, di aplikasi ini privasi kita lebih terjaga. Saat ada yang ingin meng-add PIN kita, tidak serta merta kita akan berteman dengan orang tersebut karena kita baru akan berteman setelah menyetujui permintaannya terlebih dahulu. Ini juga berlaku pada saat teman yang ingin mengajak kita masuk dalam sebuah grup, kita bisa menolaknya bila tidak ingin bergabung di grup tersebut.
- Sticker dan emotion-nya banyak, jadi rasanya lebih leluasa mengekspresikan suasana hati.
- Gambar yang dikirim via WA kualitasnya lebih bagus.
- Melalui grup WA saya merasa lebih akrab dengan teman-teman blogger.
So, bila sekarang ada pertanyaan seperti ini “lebih suka BBM atau WA?” diajukan pada saya maka jawabannya adalah saya tidak bisa menentukan pilihan karena saya suka pada keduanya.
Dengan berat hati saya harus mengakui satu hal bahwa ternyata saya tidak sepenuhnya setia pada BBM. Wahai aplikasi BBM, “Maafkan saya yang telah mendua!”.