DANA PENDIDIKAN. Adalah
kata yang membangkitkan kenangan pahit sekaligus tekad bulat pada diri saya. Dua
kata itu mengingatkan saya pada kenyataan pahit yang terjadi di keluarga kami
beberapa tahun silam. Saat itu Papa saya sedang sakit keras dan di waktu yang
sama adik bungsu saya baru saja menamatkan pendidikannya di bangku SMA.
Setelah lulus SMA,
adik saya pengen banget melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih
tinggi. Ia ingin kuliah dan mengambil jurusan favoritnya yaitu fisioterapi. Sayangnya
keinginan itu harus terkubur karena uang tabungan orang tua kami masih dipakai
untuk biaya pengobatan Papa. Adik saya dipaksa untuk melupakan cita-citanya
karena ketiadaan dua kata yang saya sebut di awal kalimat tadi; DANA
PENDIDIKAN.
Lalu bagaimana
perasaan adik saya? Tentu saja sedih. Saya sempat membaca curahan hati yang ia
tuliskan di buku hariannya yang mengatakan bahwa ia iri pada kami
kakak-kakaknya yang beruntung bisa menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan
tinggi. Sebagai
seorang kakak yang belum bisa melakukan apa-apa, saat itu saya merasa gagal :’(