SUKA (BANYAKAN) DUKANYA KESUNDULAN
Mei 12, 2021
Buat yang belum tahu, saat ini anak saya sudah tiga orang loh, hehehe 😄🙈. Sengaja nih saya katakan ini karena sampai saat ini masih ada yang mengira anak saya baru dua orang bahkan ada yang mengira anak saya baru Wahyu doang (tapi ini jarang sih, biasanya teman lama yang baru bertemu lagi). Anak ketiga saya lahir pada tanggal 9 Januari 2021 lalu.
Baca Juga: Selamat Datang Anakku, Zafran!
Tahun 2019, pada pertengahan bulan Mei, saat baru selesai mencuci, iseng-iseng saya melakukan testpack dan hasilnya sangat mencengangkan karena muncul dua garis merah di testpack itu. Segera saya beritahu suami sekaligus menanyakan langkah apa yang harus kami ambil terkait hal ini.
Jujur saja, saat itu saya belum siap untuk hamil lagi. Saya tidak pernah kepikiran bakalan hamil lagi sampai dua tahun kedepan karena kondisi kami memang tidak memungkinkan untuk saya hamil lagi. Usia Rayyan baru sebelas bulan dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Di usia itu, entah sudah berapa kali kami bolak balik opname di rumah sakit. Belum lagi, rasanya tidak enak hati bila saya mengajukan cuti melahirkan lagi, padahal baru beberapa bulan masuk kantor setelah sebelumnya cuti melahirkan Rayyan. Dan puncaknya, saya takut menjalani kehamilan di masa pandemi ini, berita-berita menyedihkan terkait ibu hamil yang ditolak rumah sakit saat hendak bersalin benar-benar membuat nyaliku ciut. Bagaimana bila saya mengalami hal serupa? Huhuhu membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk ini merinding 😭.
Baca JUga: Pengalaman Hamil & Melahirkan di Masa Pandemi Covid-19
Saya gamang sekaligus takut. Selain ketakutan yang saya tuliskan di atas, saya juga takut tidak bisa membagi perhatian pada Wahyu, Rayyan dan calon adiknya yang baru berusia beberapa minggu ini. Bukannya bahagia melihat dua garis merah di testpack, yang ada saya bingung dan gemetaran, namun suami menenangkan saya. Sambil tersenyum ia berkata bahwa anak yang saya kandung itu juga buah cinta kami sama seperti Wahyu dan Rayyan yang wajib kami jaga dan berhak mendapatkan cinta kami.
Sambil memeluk saya, suami berbisik bahwa ia akan menjadi suami dan ayah siaga. Saya tidak perlu takut menjalani kehamilan ini karena ia akan selalu ada. Ia tidak akan membiarkan saya menanggung semuanya seorang diri. Mendengar bisikannya hati saya sedikit lebih tenang.
kebersamaan suami & anak-anak ❤️ |
Saya menjalani kehamilan ketiga ini dengan "senyap". Selain saya dan suami, tidak ada orang lain yang tahu perihal kehamilan ini. Hanya suami tempat saya berbagi hal seperti "mabok parah" dan ujian trimester pertama yang sungguh tidak mudah.
Waktu terus berjalan dan perlahan-lahan mulai ada yang menyadari kehamilan saya. Orang lain yang pertama kali tahu perihal kehamilan ini adalah ibu mertua. Mungkin beliau curiga, setiap hari selalu melihat tumpukan tissu di tempat sampah bekas saya membuang ludah (saat hamil, produksi air liur saya meningkat) dan beberapaa waktu belakangan saya suka pilih-pilih makanan. Beliau langsung bertanya pada suami dan suami mengiyakan.
Mama dan rekan-rekan di kantor baru tahu kehamilan saya saat usia kandungan saya sudah masuk minggu ke-22 saat besarnya perut sudah tidak bisa disembunyikan lagi, hahaha 😄. Dan hanya mereka-mereka inilah (yang sering berinteraksi dengan saya) yang tahu perihal kehamilan saya. Teman-teman yang jarang ketemu baru tahu saya hamil/punya anak lagi saat saya posting foto bayi saya di instagram beberapa hari usai kelahirannya.
Lalu bagaimana rasanya menjalani kehamilan yang tidak direncanakan dengan jarak yang sangat mepet ini? Hmmm rasanya nano-nano. Selain ketakutan, yang tidak bisa disembunyikan adalah rasa lelah. Setiap hari saya harus bolak-balik rumah kantor (dan sebaliknya) dengan menumpang mobil dan boat, pulang ke rumah masih harus mengurus bayi yang hobby-nya begadang setiap malam. Energi saya hampir habis. Untunglah suami memenuhi janjinya. Saat jam menunjukkan pukul 9 malam, ia menyuruh saya tidur dan membangunkan saya pada pukul 4 pagi.
Seiring bertambahnya usia kandungan saya, suami melarang saya untuk bolak balik Baubau-Lakudo lagi. Suami meminta saya untuk tinggal di Baubau dan baru pulang ke Lakudo pada akhir pekan. Ini berarti kami kembali menjalani LDR seperti sebelum kelahiran Rayyan dulu. Saya keberatan karena memikirkan Rayyan. Siapa yang akan mengurusnya saat saya tidak ada? Tapi suami berhasil meyakinkan saya, ia dengan mantap berjanji bisa merawat Rayyan dibantu oleh ibu mertua.
Dan sejak saat itu, mulailah kami hidup terpisah. Kabar Rayyan saya tahu dari video call yang kami lakukan setiap hari. Untunglah perpisahan ini tidak berlangsung lama karena Alhamdulillah saya dinyatakan lolos CPNS di seleksi penerimaan CPNS tahun 2019 kemarin.
Baca Juga: Akhirnya Lolos CPNS 2019
Satu bulan setelah pengumunan lolos CPNS, saya mengajukan cuti melahirkan. HPL saya 14 Januari 2021 dan saya cuti melahirkan mulai tanggal 7 Desember 2020. Tidak seperti dua kehamilan sebelumnya, yang mana saya baru mengajukan cuti beberapa hari sebelum tanggal HPL, di kehamilan kali ini saya ajukan cuti jauh hari sebelum HPL. Pertimbangan saya adalah, sebentar lagi saya akan ajukan resign. Toh saya sudah dinyatakan lolos CPNS, saya tinggal menunggu penerimaan SK saja. Jadi lebih cepat saya cuti maka akan lebih baik karena bisa lebih cepat dekat lagi dengan Rayyan.
Saat mengajukan cuti, saya beritahu atasan di kantor bahwa mungkin tidak akan masuk kembali karena kemungkinan besar, saya akan mengajukan resign dalam masa cuti melahirkan. Atasan mengiyakan. Sedih rasanya saat menyampaikan hal itu, tapi bukankah lolos CPNS adalah mimpi saya agar bisa lebih dekat dengan keluarga?
Dan kehidupan baru pun dimulai. Sejak cuti, saya kembali tinggal bersama anak dan suami di Lakudo. Rasanya bahagia banget setiap hari bisa memeluk Rayyan dan Wahyu (juga papanya 😝). Sayangnya kebiasaan begadang Rayyan semakin parah. Hampir setiap malam ia tidak tidur dan saya pun ikut begadang dibuatnya. Akibatnya, tekanan darah saya menjadi sangat rendah hingga mata selalu berkunang-kunang setiap kali berjalan atau bangkit dari tempat tidur. Berpisah dengannya beberapa saat sebelumnya membuat saya merasa bersalah dan ingin menebusnya dengan membersamainya di setiap waktu. Walau suami sudah mengingatkan untuk istirahat, saya bergeming. Rasa bersalah saya terlalu besar. Belum lagi memikirkan saat adiknya lahir nanti, perhatian saya pastilah sudah tidak sebesar ini lagi. Pikiran itu membuat saya semakin sedih dan rasa bersalah semakin menjadi.
lihatlah wajah lelah itu 😁 |
31 Komentar
Walaupun wajahnya lelah, tapi karena Lillah jadinya terpancar bahagia yang tampak ya mbak. Happy selalu mbak Ira, dan Maaf lahir batin ya 🙏
BalasHapusWah, kesundulan bisa saja terjadi. Cara biar gak kesundulan lagi jangan kasih tahu suami kapan "menstruasi pertamanya", hehe #becanda. Laki2 kan pinter mbak ngitung masa subur cewek jadi bisa tahu kapan waktu yang tepat untuk "ehem" hehe... ya bersyukur aja mbak dikaruniai anak lagi, semoga jadi anak sholah/sholehah ya...semangat..
BalasHapusEnak diem2an buat menghindari komen soal kesundulan. Semoga sekeluarga sehat selalu.
BalasHapusjarak anak2 saya nomor 1, 2 dan 3 hanya setahun
BalasHapusdan asyik kok
mandiin sekaligus 3, nyuapin 1 piring untukbertiga
malah waktu mereka khitan sekaligus 3 anak juga
sekarang sedih, .....mereka sudah gede, saya kesepian :D
cup cup... aku bisa membanyangkan ni ambu.... sekaragn pokoknya selama anak masi nempel di hayukkkk in aja yaa... ada saatnya tempelan itu merenggang yaa :(
HapusBersyukur dikaruniai anak kembali, berarti siap menerima amanah kembali. Sejauh ini banyak keluarga senang dan bersyukur dikaruniai putra/putri 'kesundulan' adalah anugrah.
BalasHapushehehe mungkin biar nggak kesundulan lagi bisa pakai kontrasepsi mbak
BalasHapusbtw keren suaminya, mau berbagi peran. salut
Masya Allah tabarakallah ❤️ ladang pahala ya bund, semoga kita sehat dan selalu semangat yaaa
BalasHapusWah, samaan kita kk. aku hamil anak kedua saat anak pertama usia 11 bulan. Awalnya emang ribet tapi sekarang ngerasain hikmahnya. jadi lebih banyak sukanya. Tapi yang utama kondisi begini emang suport dan peran dari suami.
BalasHapusSudah rezeki mbak :) Kesundulan patut disyukuri kok. Dulu si bungsuku juga ada di perut malah masih ada IUD Nova T. Memang kagetnya bukan main karena merasa masih berutang kasih sayang kepada kakanya. Tapi etrnyata anak ini membawa keceriaan terus dalam keluarga. Semangat ya mbak. Anak2nya lucu2 amat sih hehehe :)
BalasHapusAlhamdulillah,mungkin saat ini lelah tapi tentu patut disyukuri krn dikarunia buah hati lagi. Kalo saya masih mentok 1 anak, dulu² tiap lebaran pasti ditanya kapan nambah lagi? Kata saya, soal nambah selalu melakukan upaya, tapi hasilnya belum dikabulkan Allah. Ya mau gimana lg ya kan?
BalasHapusJadi anak buahnya 3 lelaki ya. Bentar lagi kalo yg bungsu dah bisa jalan, pasti rumah bakal seru nih hahaha
BalasHapusAdikku nih yang kesundulan punya anak lagi sementara kakaknya masih usia 11 bulan. Kayak Rayyan ya. Tapi nanti ketika udah sekolah jadi ramai, aku aja pengen punya anak lebih dari dua, kayaknya kok seru gitu. Yang penting sekarang sehat sehat semua ya Mbak
BalasHapusMasyaAllah super woman ya Mbaa Ira, alhamdulillah masa masa sulit tahap pertama sudah terlewatkan. Bahagianya punya anak tiga dengan jarak dekat. Jadi, habis ini tinggal fokus merawat mereka saja ya Mba. Lalu mereka akan besar bersama sama dan Mba bisa produktif lagi. Kayak repotnya barengan nanti ngelepasnya juga barengan gitu mba. Jadi mereka gede, Mba Ira juga masih awet muda. bahagianya...
BalasHapusMasyaAllah, Ayah siaga ya Kak, betul² tepati janji tawwaa. Beruntunglah dirimu Kak.
BalasHapusSehat² ya Rayyan, sehat² juga Zafran, Kakak Wahyu, Mama Ira dan Ayahnya juga.
Masya Allah, Rayyan masih 11 bulan udah mau punya adek dulu ya mba. Terbayang saya perjuangan Mba Ira waktu itu. Yah, rezeki, jodoh, dan anak itu emang Allah yang berkehendak. Meski demikian, gak ada tantangan tanpa solusi ya mba. Syukurlah Mba Ira tetap menikmat dan memperjuangkan semuanya dengan hati gembira. Selamat berjuang Mama Aga (Anak Tiga) ^^
BalasHapusPunya anak dalam jarak dekat rasanya memang nano2 ya Mbak, hehe. Jadi sama nih dengan Kak Diah, punya tiga jagoan hehe.. kalau saya baru dua, wkwk. Btw salut juga nih sama suaminya yang siap siaga. Jadi ayah memang harus gitu. Btw selamat ya atas kelahiran adeknya Wahyu dan Rayyan :D
BalasHapusBelum lama ini kawannya adik saya baru lahiran padahal yg sebelumnya jaraknya juga blom genap setahun
BalasHapusTerlihat lelah tapi tetap ada kebahagiaan. Semangat ya Mba Ira. Setiap anak bawa rejekinya masing-masing
Insya Allah baik dan lancar selalu utk semuanya
Saya pas anak kedua mirip kesundulan juga sih karena usia si kakak sulung 20 bulan eh adiknya udah lahir. Tp pas anak ketiga saya beranikan diri pakai implan, jadilah 4 tahun kemudian si nomor tiga lahir, trus anak keempat saya udah gak pakai kontrasepsi apapun, Allah kasih hadiah 6 tahun kemudiannya lahir si bungsu, genap sudah kami dikaruniai 2 pasang anak. Sehat selalu mbak ira sekeluarga yaa
BalasHapusSaudaraku ada yang kesundulan dan anak-anaknya sejak kecil sering di rumahku. Masya allah tiap hari teriak-teriak krn mereka sering ribut, tapi kadang juga lucu dan gemesin
BalasHapusWah, mba luar biasa. Aku bisa merasakan bagaimana perasaan mba saat itu, pasti terkejut mengetahui hamil lagi saat si kecil masih bayi. Untungnya ada suami siaga yang bisa menenangkan.
BalasHapuscerita kesundulan ini emang banyak suka dukanya ya mbak. Saya dulu hamil anak kedua saat anak pertama baru berusia 3 bulan. Repot banget emang jadi mengasuh mereka berdua. untung suami juga mau membantu mengurus mereka, sampai menyediakan 2 ART juga buat menjaga masing-masing anak. Sampai sekarang, anak pertama dan kedua sering dibilang anak kembar
BalasHapusWahhh selamat yaa akhirnya anak ketiganya lahir dalam keadaan sehat-sehat aja, semoga bisa cepet besar dan berkembang seperti kakak-kakaknya dulu hhe.. Wah makasih banget cerita dan perjuangannya selama hamil anak ketiga ini, bisa jadi pelajaran dan pengalaman baru bagi saya kelak. Menginspirasi bangett
BalasHapusSelalu kagum sama orang tua yang berjuang menjalani motherhood journey. Semoga keluarga sehat selalu ya, Mbak.
BalasHapusIyaa aku juga kagum sama ibu dan ayah yang saling mendukung dengan selisih anak setahunan gini. Karena anakku selisihnya 5 tahunan. Dan cuma dua, karena waktu aku ajak punya anak ketiga, suami nolak. Alasannya adalah takut gak bisa bantuin karena dia pas lagi sibuk banget dengan pekerjaan. Dua anak sebelumnya dibantu semuanya sama suami.
HapusMasya Allah alhamdulillah. Barubtau ternyata Mba Ira sudah punya 3 anak. Terakhir taunya 2.
BalasHapusHmm perasaan yang hampir sama Mba. Anakku juga kesundulan nih. Usia 9 bulan aku hamil lagi dulu. Awalnya lelah luar biasa. Bersyukur karena freelance, aku masih bisa lancar bekerja walau tanpa ART. Urusan makan masih bisa pesan pesan.
sekarang anakku jadi main berdua dan nggak bosan di rumah. Kalau ajak main ke luar kan khawatir ya, jadilah kakak adik usia dekat ini jadi teman saling bersosialisasi dari bangun sampai tidur setiap hari.
Akhirnya jadi banyak bersyukur.
aku baru tau maksud arti kesundulan itu apa, hahahhaha, duh kudet banget aku. ALhamdulillah si adek lahir sehat selamat ya mba say, semoga menambah berkah keluarga :D lucu ya mba pasti rumah jadi makin rame suara nak kecyilll hihi
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak, berkah anak ketiga, lulus tes CPNS juga. Alhamdulillah.
BalasHapusMembaca tulisan ini jadi membayangkan bagaimana nantinya jika saya punya anak juga, dan menghadapi situasi yang sama, dan bagaimana nantinya akan menyikapinya...
Terima kasih telah berbagi cerita ya mbak
Masya Allah, Mbak. Semoga selalu sehat bersama keluarga tercinta.
BalasHapusHamil memang hal yang tidak bisa disembunyikan ya. Karena perubahan badan kita makin hari makin kelihatan bedanya. Hahaha
Wah semangat ya mba mengasuh anaknya, semoga sellau diberi kesehatan. Untungnya punya support system yaitu suami yang siap siaga ya memikul bebannya berdua. Patut menjadi contoh para suami diluar sana nih biar istri gak uring uringan mengurus anak sendirian.
BalasHapusSaya selalu suka lihat orang hamil dengan jarak dekat. Sekalian repotnya. Namun, kalau untuk diri sendiri saya enggak bisa karena ekonomi kami sedang dilanda krisis pandemi.
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉