PENGALAMAN MELAHIRKAN ANAK KEDUA SECARA NORMAL

Juli 18, 2019

Hari ini, tepat satu bulan saya melahirkan anak kedua kami, Rayyan. Selamat 1 bulan usiamu yaa, Nak! Sehat selalu dan teruslah jadi pemberi kebahagiaan untuk mama, papa dan kakak Wahyu.


Mumpung momennya pas, saya jadi kepikiran untuk menuliskan pengalaman dan proses yang saya lalui saat melahirkan Rayyan kemarin deh. Alhamdulillah, kelahiran Rayyan adalah pengalaman kedua saya melahirkan secara normal setelah mengalami hal yang sama hampir delapan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Pengalaman Melahirkan Anak Pertama Secara Normal

Lalu bagaimana cerita dan proses yang saya lalui saat melahirkan anak kedua secara normal? Check this out 😉

H-25: 24 Mei 2019
Hari itu adalah kunjungan terakhir saya ke dokter kandungan karena bulan depannya sudah masuk HPL. Pada kunjungan kali ini, dokter mengabarkan bahwa posisi bayi sudah siap untuk dilahirkan. Kepalanya sudah menuju jalan lahir, air ketuban cukup dan berat bayi mencapai 3.100 gram.

Dokter sudah membuatkan surat rujukan ke 2 rumah sakit terbesar di Baubau yakni RSUD Palagimata dan Siloam Hospital. Bila sudah merasa akan melahirkan, saya dipersilakan mengunjungi salah satu dari rumah sakit tersebut. Terakhir beliau berpesan, bila sampai awal Juli belum lahiran juga, saya harus kembali datang untuk dilakukan tindakan yang diperlukan. Saat kontrol terakhir itu, saya gak memberitahu dokter bahwa saya akan lahiran di puskesmas tempat tinggal mama. 

H-9:  10 Juni 2019
10-12 Juni saya kembali ngantor. Saat itu saya udah gak bisa nahan pipis terlalu lama. Per dua jam saya harus ke kamar mandi untuk buang air kecil, namun walau begitu, saya berhasil melewati hari-hari ngantor terakhir sebelum cuti panjang itu dengan baik. 

H-2: 16 Juni 2019
Hari itu, Wahyu disunat. Sejak memulai cuti pada tanggal 13 Juni, saya selalu meringis (karena sakit banget) setiap kali buang air kecil. Ya, sejak hari pertama cuti, saya terserang anyang-anyangan, huhuhu. Buang air kecil terasa perih dan jumlah urine yang keluar sedikit. Belum lagi saya udah susah banget untuk berjalan karena miss v terasa sakit seperti luka. Setiap kali berjalan rasanya seperti diiris pisau, sakiiit banget, jadi saya udah gak bisa jalan kemana-mana. Miss v yang sakit itu di bagian kanan. Hal ini diikuti kaki sebelah kanan yang juga bengkak.

Baca Juga: Cara Mudah & Aman Mengatasi Anyang-anyangan

Hari H: 18 Juni 2019
Fyi, berbeda dengan hamil anak pertama, yang mana jadwal tidur saya sejak trimester satu sampai tiga cenderung normal dan teratur (tidur jam 22.00, bangun jam 07.00), di kehamilan kedua ini saya gak bisa tidur cepat. Sejak trimester dua, saya selalu tidur di atas pukul 24.00, dan memasuki trimester tiga, insomnia saya makin menjadi, saya baru bisa tidur menjelang subuh.

Baca Juga: Perbedaan Hamil Anak Pertama & Kedua 

09.00
Saya bangun tidur seperti biasa dan langsung ke kamar mandi untuk melakukan buang air kecil, namun saat BAK urine saya gak keluar. Saya panik dan takut apalagi kaki kanan semakin bengkak, saya berusaha tenang dengan menghela nafas dalam-dalam, merahasiakan semua yang saya rasakan dari orang-orang, termasuk suami. Oh iya, saat itu saya sendirian di rumah karena seluruh penghuni rumah sedang mengantar Wahyu ke pantai dekat rumah.

Baca Juga: Tentang Kebiasaan Wahyu Mandi di Laut

09.30 
Masuk kembali ke kamar mandi untuk buang air kecil dan alhamdulillah sudah bisa BAK (walau sambil berdiri) namun saat membuka celana saya kaget karena celana dalam berdarah. Feeling saya mengatakan bahwa hari itu saya pasti akan melahirkan.

Perut mulai terasa mulas namun intensitasnya masih jarang. Karena udah feeling bakal lahiran hari itu, agar badan kuat, setelah BAK saya putuskan untuk makan. Setelah makan saya masuk kembali ke kamar mandi dan memeriksa kembali celdam (tapi udah gak berdarah lagi).

Beberapa saat kemudian suami dan penghuni rumah lain pulang. Segera saya bisik suami bahwa sepertinya sebentar lagi saya akan melahirkan. Saya memintanya untuk menyiapkan mobil (saat itu mobil masih dipinjam temannya).

Suami memberi tahu mertua tentang apa yang saya rasakan. Mertua segera memberi tahu Wahyu bahwa sebentar lagi adiknya akan lahir dan memintanya untuk tinggal bersamanya karena saya dan suami akan pergi ke Lombe (rumah mama saya).

10.00
Saya mulai menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan sebagai syarat administrasi di puskesmas seperti KTP, kartu BPJS dan kartu keluarga. Tak lupa saya juga menyiapkan perlengkapan yang saya dan bayi butuhkan. Setelah itu mandi dan bersiap-siap berangkat ke Lombe. Saya telepon mama untuk menginformasikan bahwa sepertinya saya akan melahirkan hari itu.

11.00
Wahyu mulai rewel. Ia menangis dan gak mau tinggal bareng omanya. Ia mau ikut bersama saya dan suami ke Lombe. Sembari menahan mulas yang mulai sering datang, saja berusaha membujuk Wahyu agar ia mau ditinggal. Saya jelaskan padanya bahwa kepergian kami ke Lombe bukan untuk bersenang-senang. Beragam janji saya ucapkan agar ia merelakan kepergian kami tapi Wahyu tetap gak mau. Lebih 2 jam kami "bernegosiasi" barulah ia mengizinkan kami pergi, dengan catatan dua hari sekali papanya harus datang menjemputnya untuk datang bertemu kami.

13.30
Saya dan suami ke Lombe. Rasa sakit dan mulas sudah semakin sering datang dengan intensitas yang teratur.


14.00
Kami tiba di rumah mama. Mama yang sudah menunggu kedatangan kami menyuruh saya ganti baju. Saya menuruti apa yang disarankan mama namun sebelumnya saya ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil. Tapi di kamar mandi bukannya urine yang keluar melainkan darah. Saya panik tapi gak memberitahu suami, saya hanya memberitahu mama. Tak mau buang waktu, segera kami ke puskesmas. 

14.30
Kami tiba di puskesmas dan saya langsung dibawa ke ruang bersalin pakai kursi roda karena udah gak kuat berjalan. Saya kembali "ditangani" oleh bidan yang dulu membantu saya melahirkan Wahyu. Bidan langsung memeriksa dan mengatakan udah pembukaan 9. Sembari menunggu pembukaan lengkap, bidan memeriksa tekanan darah juga menimbang berat badan saya. 

15.30
1 jam berlalu dan pembukaan belum lengkap juga. Lalu teman kantor saya (staf yang menggantikan saya selama cuti melahirkan) menelepon menanyakan sesuatu yang kurang dipahaminya. Hampir setengah jam kami berbincang dan setelah teleponnya ditutup, violla saya merasa seperti ada dorongan kuat dan setelah diperiksa bidan, ternyata pembukaannya udah lengkap.

Rasa sakit dan mulas itu semakin tak tertahankan. Saya menangis, suami berusaha menenangkan dan memberi semangat bahwa saya bisa melewati semuanya. Tak lupa ia meminta saya berkonsentrasi dan mengikuti aba-aba bidan untuk mengejan.

Saya menuruti apa yang dikatakan suami dan bidan. Saya bulatkan tekad dan usaha saya tidak sia-sia. Bayi merah berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3600 gram dan panjang 50 cm itu akhirnya lahir ke dunia. Tangisnya pecah diiringi buliran hangat dari ujung mataku dan ucapan syukur dari semua yang ada di dalam ruangan. Ya, bayi merah itu yang kini kami panggil, Rayyan!

17.00
Usai melakukan semua prosesi yang dikatakan bidan, kami memutuskan untuk pulang ke rumah membawa bayi yang hari ini genap berusia satu bulan itu. Sehat selalu yaa, Sayang! 😘

**
Demikian cerita yang bisa saya bagikan terkait proses kelahiran anak kedua kami yang lahir secara normal sebulan yang lalu. Kelahiran Rayyan adalah hal yang paling membahagiakan yang terjadi di keluarga kami di pertengahan tahun inj. Kehadirannya sekaligus menjadi pencapaian tertinggi bagi saya dan suami tahun ini ❤️

Adakah yang punya pengalaman serupa? Yuk bagi ceritamu di kolom komentar 😊

You Might Also Like

0 Komentar

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊

Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉

Member Of




Recent Comments

`