WAHYU DISUNAT
Juni 28, 2019Bulan ini, saya dan suami melewati dua kejadian yang sangat penting dalam peran kami sebagai orang tua. Yang pertama adalah kelahiran anak kedua kami, Rayyan, dan yang kedua adalah Wahyu disunat.
Baca Juga: Selamat Datang Anakku, Rayyan!
Sebenarnya, sejak tahun lalu saat libur sekolah, kami sudah berencana untuk mengkhitan Wahyu namun karena anaknya masih takut plus saya juga masih belum siap mental menyaksikan Wahyu kesakitan saat disunat, jadilah rencana itu batal. Waktu terus berjalan dan pembicaraan tentang sunat ini gak pernah kami lakukan lagi.
Hingga beberapa bulan lalu, di daerah kami ada caleg yang berkampanye dan mengadakan sunatan massal. Metode yang digunakan pada sunatan massal ini adalah sunat laser. Seluruh anak laki-laki seusia Wahyu yang ada di Lakudo (tempat tinggal kami), khususnya teman main Wahyu mengikuti acara ini. Oleh panitia, Wahyu pun ditawari untuk ikutan acara sunatan massal ini.
Mama mertua menyambut baik ajakan itu. Beliau segera menelepon saya yang sedang berada di kantor untuk meminta izin apakah boleh Wahyu mengikuti acara sunatan massal yang sedang berlangsung? Saya langsung mengiyakan. Alasan saya mengiyakan karena metode yang dipakai adalah sunat laser. Dalam pikiran saya, Wahyu pasti gak akan sakit-sakit amat saat disunat dan proses penyembuhannya juga pasti bakalan cepat.
Namun jawaban berbeda datang dari papanya. Ia tak mengizinkan Wahyu ikut acara sunatan massal itu karena menurutnya sunat dengan metode laser tidaklah afdol. Ia mau Wahyu disunat pake metode manual aka konvensional seperti dirinya di masa lalu 😏🙄. Huwaaaa, ingin rasanya nangis mendengar alasan suami. Saat jaringan internet udah 4G, dia kok masih pengen kembali ke masa lalu, udah ada cara yang praktis dan modern, dia kok masih pengen pakai cara kuno dan menyakitkan? huhuhu 😥
Tak hanya saya yang kecewa atas jawaban suami, mertua dan Wahyu juga kecewa. Wahyu bahkan berulang-ulang berkata bahwa semua temannya sudah disunat, hanya tinggal dia seorang yang belum. Huhuhu saya jadi sedih deh saat mendengarnya mengatakan semua itu dengan wajah tertunduk 😪. Tapi ada sedikit rasa lega di hati saya melihat Wahyu sedih seperti itu karena itu berarti ia sudah mau disunat dan gak takut lagi seperti tahun sebelumnya.
Setelah kejadian itu, mertua mengambil sikap tegas bahwa Wahyu harus disunat saat libur lebaran tahun ini. Mendengar ketegasan mamanya, suami terdiam dan mengiyakan. Dan libur lebaran pun tiba. Hampir setiap hari mama mertua mengingatkan agar kami segera menyunat Wahyu, kebetulan libur lebaran bertepatan dengan libur sekolahnya jadi waktunya memang pas. Mertua semakin "cerewet" karena HPL saya semakin dekat. Mertua ingin Wahyu sudah disunat sebelum saya melahirkan.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya tanggal 16 Juni 2019 pagi dipilih sebagai waktu yang tepat untuk mengkhitan Wahyu. Metode yang kami pilih adalah metode manual, mengikuti keinginan papanya. Alhamdulillah, Wahyu gak keberatan saat kami menyampaikan ia akan disunat dengan cara manual. Kami memilih memanggil tukang sunatnya (Mantri dari puskesmas Lakudo) datang ke rumah untuk menyunat Wahyu.
Sehari sebelum disunat, Wahyu terlihat santai dan bermain seperti biasa. Namun pada malam harinya ia mulai terlihat stres, huhuhu. Mungkin ia mulai kepikiran tentang sunat yang akan dilakukan esok pagi. Malamnya pukul 21.00 WITA saya sudah mengajaknya tidur, namun sampai pukul 24.00 WITA ia belum tertidur juga, huhuhu fix anakku memang stress. Emosiku sempat tersulut saat tahu ia belum tidur padahal malam sudah larut banget (huhuhu maafkan mama yaa, Nak 🙏😘!). Ia baru tertidur menjelang pukul 01.00 dini hari.
Pukul 05.30 pagi ia bangun dan langsung mandi. Pak Mantri datang ke rumah pukul 06.00, setelah ngobrol-ngobrol sebentar dengan mertua, pukul 06.30 beliau mulai melakukan tindakan. Wahyu sangat tenang dan kooperatif saat disunat, ia gak nangis atau takut karena saat disunat ia bermain game. Alhamdulillah semua berjalan lancar, pukul 07.10 tindakan selesai dilakukan.
Ternyata sunat manual tidak seseram yang saya bayangkan. Hal-hal menakutkan yang saya pikirkan tidak terjadi. Darah yang keluar juga gak sebanyak yang saya hayalkan. Ahhh kenyataan memang kadang berjalan lebih baik dari hayalan kita. Drama justru baru ada saat pak Mantri sudah pulang. Drama yang terjadi pun tidak berhubungan dengan apa yang saya khawatirkan.
Drama diawali saat Wahyu memuntahkan obat yang diberikan padanya dan tak lama setelahnya ia mulai merasa sakit. Tangispun mewarnai pagi itu, belum lagi sikap manjanya yang tiba-tiba muncul, membuat orang rumah "kaget", hahaha 😅. Walhasil, seharian papanya gak keluar rumah karena harus memenuhi segala keinginan Wahyu.
Syukurlah sikap manja itu hanya ada di hari pertama, di hari-hari berikutnya ia sudah bisa mandiri. Naik turun ranjang sudah bisa dilakukannya sendiri, jalan dari kamar ke ruangan lain dalam rumah juga sudah ia lakukan sendiri hanya pipis ke kamar mandi saja yang ditemani.
Hari pun berlalu. 2 hari setelah disunat, perban lukanya dibuka dan bertepatan dengan itu, rasa mulas tanda melahirkan mulai saya rasakan. Ya, 2 hari setelah disunat, dengan berat hati saya dan suami harus meninggalkan Wahyu di rumah mertua karena saya memutuskan melahirkan anak kedua di tempat mama yang jaraknya kurang lebih 9 KM dari rumah mertua (rumah mama dan rumah mertua berada di kecamatan yang berbeda).
Kini, 12 hari berlalu dan lukanya sudah sembuh. Wahyu sudah bisa beraktivitas seperti biasanya namun sampai hari ini ia masih tinggal bersama mertua. 2 hari sekali papanya datang menjemputnya dan kemudian membawanya ke Lombe untuk bertemu saya dan adiknya.
Lega rasanya sudah melaksanakan salah satu kewajiban kami sebagai orang tua yaitu mengkhitan anak. Kini Wahyu gak perlu malu lagi memberikan jawaban saat ditanya apakah sudah sunat atau belum oleh guru ngaji atau teman-temannya.
Adakah yang juga punya pengalaman anaknya disunat? Yuk, bagi ceritanya di kolom komentar 😉
Hingga beberapa bulan lalu, di daerah kami ada caleg yang berkampanye dan mengadakan sunatan massal. Metode yang digunakan pada sunatan massal ini adalah sunat laser. Seluruh anak laki-laki seusia Wahyu yang ada di Lakudo (tempat tinggal kami), khususnya teman main Wahyu mengikuti acara ini. Oleh panitia, Wahyu pun ditawari untuk ikutan acara sunatan massal ini.
Mama mertua menyambut baik ajakan itu. Beliau segera menelepon saya yang sedang berada di kantor untuk meminta izin apakah boleh Wahyu mengikuti acara sunatan massal yang sedang berlangsung? Saya langsung mengiyakan. Alasan saya mengiyakan karena metode yang dipakai adalah sunat laser. Dalam pikiran saya, Wahyu pasti gak akan sakit-sakit amat saat disunat dan proses penyembuhannya juga pasti bakalan cepat.
Namun jawaban berbeda datang dari papanya. Ia tak mengizinkan Wahyu ikut acara sunatan massal itu karena menurutnya sunat dengan metode laser tidaklah afdol. Ia mau Wahyu disunat pake metode manual aka konvensional seperti dirinya di masa lalu 😏🙄. Huwaaaa, ingin rasanya nangis mendengar alasan suami. Saat jaringan internet udah 4G, dia kok masih pengen kembali ke masa lalu, udah ada cara yang praktis dan modern, dia kok masih pengen pakai cara kuno dan menyakitkan? huhuhu 😥
Tak hanya saya yang kecewa atas jawaban suami, mertua dan Wahyu juga kecewa. Wahyu bahkan berulang-ulang berkata bahwa semua temannya sudah disunat, hanya tinggal dia seorang yang belum. Huhuhu saya jadi sedih deh saat mendengarnya mengatakan semua itu dengan wajah tertunduk 😪. Tapi ada sedikit rasa lega di hati saya melihat Wahyu sedih seperti itu karena itu berarti ia sudah mau disunat dan gak takut lagi seperti tahun sebelumnya.
Setelah kejadian itu, mertua mengambil sikap tegas bahwa Wahyu harus disunat saat libur lebaran tahun ini. Mendengar ketegasan mamanya, suami terdiam dan mengiyakan. Dan libur lebaran pun tiba. Hampir setiap hari mama mertua mengingatkan agar kami segera menyunat Wahyu, kebetulan libur lebaran bertepatan dengan libur sekolahnya jadi waktunya memang pas. Mertua semakin "cerewet" karena HPL saya semakin dekat. Mertua ingin Wahyu sudah disunat sebelum saya melahirkan.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya tanggal 16 Juni 2019 pagi dipilih sebagai waktu yang tepat untuk mengkhitan Wahyu. Metode yang kami pilih adalah metode manual, mengikuti keinginan papanya. Alhamdulillah, Wahyu gak keberatan saat kami menyampaikan ia akan disunat dengan cara manual. Kami memilih memanggil tukang sunatnya (Mantri dari puskesmas Lakudo) datang ke rumah untuk menyunat Wahyu.
Sehari sebelum disunat, Wahyu terlihat santai dan bermain seperti biasa. Namun pada malam harinya ia mulai terlihat stres, huhuhu. Mungkin ia mulai kepikiran tentang sunat yang akan dilakukan esok pagi. Malamnya pukul 21.00 WITA saya sudah mengajaknya tidur, namun sampai pukul 24.00 WITA ia belum tertidur juga, huhuhu fix anakku memang stress. Emosiku sempat tersulut saat tahu ia belum tidur padahal malam sudah larut banget (huhuhu maafkan mama yaa, Nak 🙏😘!). Ia baru tertidur menjelang pukul 01.00 dini hari.
Pukul 05.30 pagi ia bangun dan langsung mandi. Pak Mantri datang ke rumah pukul 06.00, setelah ngobrol-ngobrol sebentar dengan mertua, pukul 06.30 beliau mulai melakukan tindakan. Wahyu sangat tenang dan kooperatif saat disunat, ia gak nangis atau takut karena saat disunat ia bermain game. Alhamdulillah semua berjalan lancar, pukul 07.10 tindakan selesai dilakukan.
Ternyata sunat manual tidak seseram yang saya bayangkan. Hal-hal menakutkan yang saya pikirkan tidak terjadi. Darah yang keluar juga gak sebanyak yang saya hayalkan. Ahhh kenyataan memang kadang berjalan lebih baik dari hayalan kita. Drama justru baru ada saat pak Mantri sudah pulang. Drama yang terjadi pun tidak berhubungan dengan apa yang saya khawatirkan.
Drama diawali saat Wahyu memuntahkan obat yang diberikan padanya dan tak lama setelahnya ia mulai merasa sakit. Tangispun mewarnai pagi itu, belum lagi sikap manjanya yang tiba-tiba muncul, membuat orang rumah "kaget", hahaha 😅. Walhasil, seharian papanya gak keluar rumah karena harus memenuhi segala keinginan Wahyu.
Syukurlah sikap manja itu hanya ada di hari pertama, di hari-hari berikutnya ia sudah bisa mandiri. Naik turun ranjang sudah bisa dilakukannya sendiri, jalan dari kamar ke ruangan lain dalam rumah juga sudah ia lakukan sendiri hanya pipis ke kamar mandi saja yang ditemani.
Hari pun berlalu. 2 hari setelah disunat, perban lukanya dibuka dan bertepatan dengan itu, rasa mulas tanda melahirkan mulai saya rasakan. Ya, 2 hari setelah disunat, dengan berat hati saya dan suami harus meninggalkan Wahyu di rumah mertua karena saya memutuskan melahirkan anak kedua di tempat mama yang jaraknya kurang lebih 9 KM dari rumah mertua (rumah mama dan rumah mertua berada di kecamatan yang berbeda).
Kini, 12 hari berlalu dan lukanya sudah sembuh. Wahyu sudah bisa beraktivitas seperti biasanya namun sampai hari ini ia masih tinggal bersama mertua. 2 hari sekali papanya datang menjemputnya dan kemudian membawanya ke Lombe untuk bertemu saya dan adiknya.
Lega rasanya sudah melaksanakan salah satu kewajiban kami sebagai orang tua yaitu mengkhitan anak. Kini Wahyu gak perlu malu lagi memberikan jawaban saat ditanya apakah sudah sunat atau belum oleh guru ngaji atau teman-temannya.
Adakah yang juga punya pengalaman anaknya disunat? Yuk, bagi ceritanya di kolom komentar 😉
21 Komentar
Wah sudah disunat nih ya adik Wahyunya. Sekarang sudah besar nih hehe
BalasHapusWah akhirnya Wahyu mau disunat juga ya Mbak. Selamat ya Wahyu hehe
BalasHapusBener banget tuh Mbak sunat dengan cara manual juga tidak menakutkan kok :D
BalasHapusMemang kebanyakan anak yang disunat sekarang itu sudah memakai sunat laser ya
BalasHapusUntung saja cuma 1 hari saja ya Mbak rewelnya. Pinter banget Wahyu :D
BalasHapusHihihi jadi ingat waktu saudaraku disunat konvensional gini. Sembuhnya lamaaaa... Gak tau nanti kalau punya anak laki-laki, bakal pilih metode apa ��
BalasHapusAlhamdulillah, proses sunat Wahyu berjalan lancar dan sudah pulih.
BalasHapusAnak saya waktu itu disunat klamp.
Ponakan laki-laki semuanya disunat manual.
Sunat tergantung orangtua dan kondisi si anak ya.
Selamat atas dikhitannya Wahyu dan juga atas kelahiran putra kedua ya mba .. Sehat2 semuanyaaa...
BalasHapusanakku yang cowo sunat pas 6 bulan mba dan metodenya manual kalau kami sih karena ketakutan klo metode laser kan ada yang pernah kejadian sampe kepotong dan juga lebih afdol manual begitu sih hehehe..
BalasHapusalhamdulilah Wahyu sudah sunat ya untung ga pas lahiran y mba
Wah Wahyu ternyata udah berani sunat. Keren nih! Di desaku jarang anak seumur Wahyu sunat kecuali ada masalah yg berhubungan dg kemih. Sehat2 ya Wahyu
BalasHapusmasyaAllah udah bujang aja nih anak Mba Ira hehhe , di tempatku barusan ada sunatan masal lho, sunat emang penting sih untuk kesehatan jg
BalasHapusSelamat yah Wahyu, sekarang udah disunat!
BalasHapusFathir juga waktu disunat sih nyantai, tapi sekitar 2 jam sesudah disunat ketika obat biusnya udah hilang baru deh rungsing hahaha
Liburan panjang dijadikan waktu pas sama orang tua yang punya anak cowok untuk sunat
BalasHapusPonakanku juga Sabtu lalu disunat
Yaah aku paling ingat tuh pas ada sodara sunat trus nangis kejer. Hihii. Antara sedih atau ketawa :)
BalasHapusJadi inget saat anak2ku yg laki2 saat di sunat. Utk praktisnya kami barengin aja padahal jaraknya lumayan jauh 4 tahunan... Alhamdulillah aman terkendali bealaupun ngeri jg Krn si kecil lagi aktif2 nya..
BalasHapusWah selamat yah kakak Wahyu akhirnya udah disunat, sebagai orang tua yang punya anak laki2 saya juga masih mikir2 nih, anak saya nanti mau disunat pake metode apa ya. Jangan2 saya sudah nentuin si kecil disunat dengan metode terbaru eh ayahnya malah sebaliknya hehe...
BalasHapusBtw selamat juga ya atas kelahiran adiknya Wahyu��
Alhamdulillah Wahyu sudah sunat. Anak sulung saya belum sunat, dan masih mencari moment yang tepat dari anak dan kami. Libur panjang memang menjadi waktu terbaik ya untuk sunat, kebayang anaknya rewel dan kepingin istirahat dulu
BalasHapusHebat, Wahyu.
BalasHapusYou can do it!
Aku ikutan seneng, kak Ira.
Semoga doa dan harapan Bunda dan Ayah di ijabah Allah.
Alhamdulillah ya dek Wahyu. Semoga sehat dan jadi anak yang sholeh. Nggak pa pa kan disunat, sakitnya cuma sebentar kok ;)
BalasHapusWahyu anak keren. Ikut bersyukur proses sunatnya lancar ya. Semoga jadi anak yang soleh, pandai, dan selalu sehat ya, Wahyu
BalasHapusBiar jadi kenangan, bagusnya di videoin aja. Pas momen menikah mungkin bisa dijadikan kado pernikahan
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉