CERITA TAK TERLUPAKAN SAAT HAMIL ANAK PERTAMA
April 20, 2017
Hai gaes, apa kabarmu hari ini? semoga baik-baik saja dan selalu semangat yaa, jangan seperti saya nih yang seminggu terakhir masih saja setia bermalas-malasan. Coba lihat tuh di arsip, seminggu terakhir blum ada tambahan artikel yang terpublish dari blog ini. Cita-cita untuk rajin ngeblog seolah hanya menjadi wacana semata. Hiks :(
Untunglah di draft sudah ada tulisan ini yang tinggal ditambahin foto sudah bisa dipublish, jadilah saya tertolong dan bisa menambah satu artikel lagi di bulan ini. Semoga setelah ini mood menulis saya bisa kembali lagi, aamin..
Okee, prolognya tak usah diperpanjang lah yaa, segera saja kita masuk pada inti tulisan. Pada kesempatan kali ini saya akan menuliskan cerita menegangkan yang saya alami saat mengandung Wahyu beberapa tahun yang lalu. Saya menyebutnya sebagai keajaiban.
Ada yang mengatakan bahwa seorang wanita baru bisa dikatakan sempurna jika ia telah menjadi seorang ibu yang hamil dan melahirkan anak. Karena itulah menjadi ibu adalah cita-cita semua wanita, tak terkecuali saya.
Alhamdulillah saya adalah salah satu wanita yang dipercaya Allah untuk menjadi seorang ibu. Diusia yang ke-26 tahun gelar mulia itu saya dapatkan.
Jika diminta menceritakan kembali pengalaman saat hamil maka saya tidak akan pernah bosan untuk menceritakannya. Bagi saya, masa-masa hamil yang saya alami enam tahun lalu adalah masa-masa penuh keajaiban yang pernah saya alami.
Akhir Maret 2011 adalah saat pertama kalinya saya mengetahui bahwa saya hamil. Dua strip merah di test pack menyadarkan saya bahwa di dalam diri saya sudah hidup makhluk kecil tak berdaya yang Allah titipkan kepada kami.
Sama seperti kebanyakan wanita yang sedang hamil muda, di trimester pertama saya juga merasakan mual, muntah dan sangat sensitif terhadap bau. Nyaris tidak ada makanan yang bisa saya konsumsi. Semua makanan yang masuk akan saya muntahkan lagi.
Syukurlah saya mengonsumsi susu hamil prenagen emesis yang berhasil meredakan mual dan muntah di trimester awal kehamilan sehingga saya masih bisa beraktifitas dan ngantor seperti biasanya *bukan iklan hehe*
Selain merasakan mual dan muntah, masih ada cobaan lain yang harus saya jalani saat hamil yakni jarang bertemu suami. Karena suami memiliki kewajiban mengajar di salah satu MTSN yang jaraknya lumayan jauh dari kota Bau-Bau, maka kami memutuskan untuk tinggal terpisah dan baru bertemu saat suami sedang off mengajar.
Dalam seminggu hanya tiga atau empat hari kami tinggal bersama. Kondisi ini menuntut saya untuk menjalani kehamilan yang mandiri dan tidak manja. Jika ada hal-hal yang masih bisa saya kerjakan sendiri maka akan saya kerjakan tanpa menunggu suami melakukannya.
Ada kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan saat hamil dulu, yaitu ketika usia kandungan memasuki enam belas minggu atau empat bulan. Saya mengalami kejadian yang sangat ditakuti oleh para wanita hamil, yaitu jatuh dan tergelincir ketika hamil.
Hari itu, saya baru saja mulai merasakan gerakan-gerakan halus yang dilakukan oleh calon bayi kami. Di hari pertama saya merasakan gerakan yang dilakukannya, di hari itu pula saya nyaris kehilangannya.
Kala itu waktu sudah menunjukkan pukul 18. 31 WITA dan saya masih berada di kantor untuk menyelesaikan beberapa kerjaan yang tidak sempat terselesaikan hari itu. Setelah shalat maghrib saya bersiap-siap hendak pulang ke kost, namun malangnya saya tergelincir di depan kantor.
Tidak ada seorangpun yang melihat saya terjatuh karena security kantor sedang melaksanakan shalat maghrib sehingga tidak ada satupun yang bisa saya mintai tolong. Yang bisa saya lakukan hanyalah menangis ketakutan akan kehilangan bayi yang bahkan belum sempat saya sentuh.
Sembari menangis dan menahan sakit saya berdoa agar Allah melindungi calon bayi kami. Ketika tergelincir itu yang saya pikirkan hanyalah keselamatan calon bayi kami. Rasa takut kehilangannya membuat saya melupakan rasa sakit dari luka yang ditimbulkan.
Hati saya diliputi ketakutan akan kehilangan anak yang bahkan belum sempat saya lahirkan. Yang membuat saya semakin panik adalah karena setelah terjatuh saya tidak merasakan lagi gerakan-gerakan halus yang baru dilakukannya hari itu.
Ketakutan saya semakin memuncak ketika setelah satu jam terjatuh calon bayi kami tidak juga menunjukkan gejala akan melakukan gerakan-gerakan yang hari itu mulai dilakukannya. Ya Allah, jika saya kehilangan calon anakku maka saya tidak akan pernah memaafkan diri sendiri.
Ketakutan dan stress yang saya rasakan semakin meningkat karena di hari naas itu suami tidak sedang bersama saya. Saya merasa bersalah seorang diri, hiks :(
Alhamdulillah, beberapa saat kemudian calon bayi kami mulai bergerak lagi. Allah menunjukkan kuasaNya. Tidak ada kata yang bisa terucap selain rasa syukur yang tak terhingga. Saat itu saya merasa mendapatkan keajaiban.
Pasca kejadian itu saya tetap beraktifitas seperti biasanya, tetap ngantor dan melakukan semua yang saya kerjakan seperti biasanya. Tapi rupanya kejadian naas masih belum mau pergi jauh dari saya.
Di akhir trimester kedua, kejadian yang sama kembali menimpa saya. Bedanya, kali kedua ini saya jatuh dan tergelincir di depan suami dan mertua. Mereka kaget banget melihat saya tiba-tiba tergelincir saat menuruni tangga pagar.
Lagi-lagi keajaiban itu terjadi. Saya dan calon anak kami tidak mengalami hal yang membahayakan. Alhamdulillah kami berdua baik-baik saja. Saya tidak mengalami luka yang berarti, pun demikian dengan si jabang bayi.
Hingga akhirnya si calon bayi tahan banting itu lahir juga ke dunia pada tanggal 24 November 2011 pukul 13.00 WITA. Ia lahir lebih cepat sepuluh hari dari HPL. Segala rasa tidak nyaman selama masa kehamilan langsung hilang dan berganti dengan kebahagiaan yang terkira.
Terimakasih Nak, karena telah bertahan dan tetap hidup walaupun mama pernah mengalami hal yang menakutkan. Terimakasih karena tetap bertahan hingga akhirnya kamu menginjakkan kaki di dunia ini.
Sehat selalu yaa anakku sayang :*
Okee, prolognya tak usah diperpanjang lah yaa, segera saja kita masuk pada inti tulisan. Pada kesempatan kali ini saya akan menuliskan cerita menegangkan yang saya alami saat mengandung Wahyu beberapa tahun yang lalu. Saya menyebutnya sebagai keajaiban.
pic source: pixabay.com |
Ada yang mengatakan bahwa seorang wanita baru bisa dikatakan sempurna jika ia telah menjadi seorang ibu yang hamil dan melahirkan anak. Karena itulah menjadi ibu adalah cita-cita semua wanita, tak terkecuali saya.
Alhamdulillah saya adalah salah satu wanita yang dipercaya Allah untuk menjadi seorang ibu. Diusia yang ke-26 tahun gelar mulia itu saya dapatkan.
Jika diminta menceritakan kembali pengalaman saat hamil maka saya tidak akan pernah bosan untuk menceritakannya. Bagi saya, masa-masa hamil yang saya alami enam tahun lalu adalah masa-masa penuh keajaiban yang pernah saya alami.
Akhir Maret 2011 adalah saat pertama kalinya saya mengetahui bahwa saya hamil. Dua strip merah di test pack menyadarkan saya bahwa di dalam diri saya sudah hidup makhluk kecil tak berdaya yang Allah titipkan kepada kami.
Sama seperti kebanyakan wanita yang sedang hamil muda, di trimester pertama saya juga merasakan mual, muntah dan sangat sensitif terhadap bau. Nyaris tidak ada makanan yang bisa saya konsumsi. Semua makanan yang masuk akan saya muntahkan lagi.
Syukurlah saya mengonsumsi susu hamil prenagen emesis yang berhasil meredakan mual dan muntah di trimester awal kehamilan sehingga saya masih bisa beraktifitas dan ngantor seperti biasanya *bukan iklan hehe*
Selain merasakan mual dan muntah, masih ada cobaan lain yang harus saya jalani saat hamil yakni jarang bertemu suami. Karena suami memiliki kewajiban mengajar di salah satu MTSN yang jaraknya lumayan jauh dari kota Bau-Bau, maka kami memutuskan untuk tinggal terpisah dan baru bertemu saat suami sedang off mengajar.
Dalam seminggu hanya tiga atau empat hari kami tinggal bersama. Kondisi ini menuntut saya untuk menjalani kehamilan yang mandiri dan tidak manja. Jika ada hal-hal yang masih bisa saya kerjakan sendiri maka akan saya kerjakan tanpa menunggu suami melakukannya.
Ada kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan saat hamil dulu, yaitu ketika usia kandungan memasuki enam belas minggu atau empat bulan. Saya mengalami kejadian yang sangat ditakuti oleh para wanita hamil, yaitu jatuh dan tergelincir ketika hamil.
Hari itu, saya baru saja mulai merasakan gerakan-gerakan halus yang dilakukan oleh calon bayi kami. Di hari pertama saya merasakan gerakan yang dilakukannya, di hari itu pula saya nyaris kehilangannya.
pic source: pixabay.com |
Kala itu waktu sudah menunjukkan pukul 18. 31 WITA dan saya masih berada di kantor untuk menyelesaikan beberapa kerjaan yang tidak sempat terselesaikan hari itu. Setelah shalat maghrib saya bersiap-siap hendak pulang ke kost, namun malangnya saya tergelincir di depan kantor.
Tidak ada seorangpun yang melihat saya terjatuh karena security kantor sedang melaksanakan shalat maghrib sehingga tidak ada satupun yang bisa saya mintai tolong. Yang bisa saya lakukan hanyalah menangis ketakutan akan kehilangan bayi yang bahkan belum sempat saya sentuh.
Sembari menangis dan menahan sakit saya berdoa agar Allah melindungi calon bayi kami. Ketika tergelincir itu yang saya pikirkan hanyalah keselamatan calon bayi kami. Rasa takut kehilangannya membuat saya melupakan rasa sakit dari luka yang ditimbulkan.
Hati saya diliputi ketakutan akan kehilangan anak yang bahkan belum sempat saya lahirkan. Yang membuat saya semakin panik adalah karena setelah terjatuh saya tidak merasakan lagi gerakan-gerakan halus yang baru dilakukannya hari itu.
Ketakutan saya semakin memuncak ketika setelah satu jam terjatuh calon bayi kami tidak juga menunjukkan gejala akan melakukan gerakan-gerakan yang hari itu mulai dilakukannya. Ya Allah, jika saya kehilangan calon anakku maka saya tidak akan pernah memaafkan diri sendiri.
Ketakutan dan stress yang saya rasakan semakin meningkat karena di hari naas itu suami tidak sedang bersama saya. Saya merasa bersalah seorang diri, hiks :(
Alhamdulillah, beberapa saat kemudian calon bayi kami mulai bergerak lagi. Allah menunjukkan kuasaNya. Tidak ada kata yang bisa terucap selain rasa syukur yang tak terhingga. Saat itu saya merasa mendapatkan keajaiban.
Pasca kejadian itu saya tetap beraktifitas seperti biasanya, tetap ngantor dan melakukan semua yang saya kerjakan seperti biasanya. Tapi rupanya kejadian naas masih belum mau pergi jauh dari saya.
Di akhir trimester kedua, kejadian yang sama kembali menimpa saya. Bedanya, kali kedua ini saya jatuh dan tergelincir di depan suami dan mertua. Mereka kaget banget melihat saya tiba-tiba tergelincir saat menuruni tangga pagar.
Lagi-lagi keajaiban itu terjadi. Saya dan calon anak kami tidak mengalami hal yang membahayakan. Alhamdulillah kami berdua baik-baik saja. Saya tidak mengalami luka yang berarti, pun demikian dengan si jabang bayi.
Hingga akhirnya si calon bayi tahan banting itu lahir juga ke dunia pada tanggal 24 November 2011 pukul 13.00 WITA. Ia lahir lebih cepat sepuluh hari dari HPL. Segala rasa tidak nyaman selama masa kehamilan langsung hilang dan berganti dengan kebahagiaan yang terkira.
Terimakasih Nak, karena telah bertahan dan tetap hidup walaupun mama pernah mengalami hal yang menakutkan. Terimakasih karena tetap bertahan hingga akhirnya kamu menginjakkan kaki di dunia ini.
Sehat selalu yaa anakku sayang :*
9 Komentar
Aku hamil pertama juga 'bandel' mbak. Jatuh kepleset pernah...dah besar pdhl. Mau buru2 ke kmr mandi krn mo muntah..jdnya kepleset. Sampe biru2 gitu mb. Untung gpp bayinya. Pas 7 bln..posisiku msh kerja lapangan...mobil liputan nabrak motor. Mpe korban meninggal. Aku kena bnturan juga krn di dlm...untungnya bukan pas perut.
BalasHapusWah perlu dihati-hati ya mbak kalau sedang hamil memang berjalan pun harus perlahan dan hati-hati kalau sampai terjadi apa-apa bakal efek ke bayinya.
BalasHapusPasti luar biasa bahagianyaa ya mbak, seperti dulu saya lihat mbak saya melahirkan anak pertama :D saya sebagi aunty dan kakung utinya jugaa buahagiaaa banget :D sehaat-sehaat terus ya mbak ira dan keluarga. aamiin :)
BalasHapusYa ampun, aku juga mba, anak pertama 18 jam keluarnya, sakitnya ngga ketulungan, saya sampe pasrah dah mau diambil nyawanya ge terserah T_T
BalasHapusBaca ini deg-degan. Ahamdulillah lahir dengan selamat dan tumbuh menjadi anak lucu, pintar dan menggemaskan ya mba :)
BalasHapusbayi tahan banting, Alhamdulillah ya Mbak
BalasHapusAlhamdulillah, bayi selamat ya mba. Kehamilan pertama memang suka banyak cerita seru ya.
BalasHapusDuh mba Ira ngeri banget sampe jatuh gto :) alhamdulilah kaka Wahyu lahir dengan selamat :)
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak Ira, akhirnya bisa melewati kejadian yang bikin perasaan nggak karuan dan akhirnya Wahyu lahir dengan selamat :)
BalasHapusSaat hamil pertama saya juga sangat bahagia karena telah menunggu hampir 4 tahun sejak menikah :)
Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉