TENTANG RIA; SAHABAT DI MASA KECIL SAYA
Maret 25, 2017pic source: pixabay.com |
Yuhuiii, udah waktunya nulis artikel Blogger Muslimah Sisterhood lagi nih, tema yang kami usung kali ini adalah tentang persahabatan.
Temanya seru yaa. Selain seru juga pasti bakalan luas banget nih pembahasannya. Makanya saat diputuskan bahwa tema ini yang akan kami tuliskan, saya malah bingung soalnya seperti yang saya bilang tadi, tema ini jangkauannya ((JANGKAUAN --> serasa ngomongin jaringan internet, hihihi)) luas banget.
Maka setelah berpikir cukup lama (iya, saya membutuhkan waktu hampir seminggu untuk memikirkan kisah mana yang akan saya angkat dalam artikel ini), akhirnya saya putuskan untuk menulis tentang kisah persahabatan saya dengan RIA, seseorang yang menjadi teman sekolah sekaligus teman bermain saya sejak kecil hingga remaja. Penasaran? Yuk lanjut baca tulisan ini ;)
Namanya Hasrianti. Oleh saya dan teman-teman lain memanggilnya; Ria. Yup, tiga huruf di namanya memang sama dengan tiga huruf di nama saya, hanya letaknya saja yang berbeda. Wajahnya cantik, tak heran bila banyak anak lelaki di lingkungan kami dan di sekolah naksir padanya.
Kedekatan kami bermula pada tahun 1991 yakni pada saat kami pertama kali masuk SD. Karena pada tahun itu di lingkungan kami masih jarang banget anak yang masuk sekolah (anak yang sekolah di SD saja jumlahnya tidak melebihi jumlah jari di satu tangan, apalagi jumlah anak SMP maupun SMA, sepertinya hanya satu atau dua orang saja) dan rumah kami juga berdekatan, maka kami selalu ke sekolah bersama-sama.
Persahabatan kami tak hanya terjalin di sekolah tapi juga di rumah. Sejak duduk di bangku SD sampai SMP, kami selalu melewati waktu bersama. Setiap ke sekolah, kami bergantian untuk saling menghampiri. Bila saya yang lebih dulu bersiap, maka saya yang akan menghampirinya, begitu pula sebaliknya.
Jarak sekolah yang jauh menjadi tak terasa karena sepanjang jalan diiringi dengan cerita-cerita seru dan gelak tawa (perjalanan dari rumah ke sekolah kami tempuh dengan berjalan kaki).
Jarak sekolah yang jauh menjadi tak terasa karena sepanjang jalan diiringi dengan cerita-cerita seru dan gelak tawa (perjalanan dari rumah ke sekolah kami tempuh dengan berjalan kaki).
Cerita kami mulai sedikit berubah saat kami masuk SMA. Saat itu kami sudah tidak sekelas lagi (fyi, sejak SD hingga SMP kami selalu sekelas). Berada di kelas yang berbeda membuat kebiasaan kami berubah. Bila sebelumnya kami selalu ke sekolah bersama-sama, maka mulai saat itu kami sudah jarang melakukannya tapi walau begitu persahabatan kami di rumah masih akrab.
Hingga saat itu tiba, saat kami naik kelas dua SMA ia mengabarkan sesuatu yang membuat saya shock. Dengan yakin ia mengabarkan bahwa ia telah menerima pinangan dari seorang pria dan akan segera menikah dalam waktu dekat.
Yup, diusianya yang masih sangat belia, ia memutuskan menikah dan tidak melanjutkan sekolah.
Baca Juga: Nikah Muda, Wanita & Pendidikan
Hingga saat itu tiba, saat kami naik kelas dua SMA ia mengabarkan sesuatu yang membuat saya shock. Dengan yakin ia mengabarkan bahwa ia telah menerima pinangan dari seorang pria dan akan segera menikah dalam waktu dekat.
Yup, diusianya yang masih sangat belia, ia memutuskan menikah dan tidak melanjutkan sekolah.
Baca Juga: Nikah Muda, Wanita & Pendidikan
Lantas bagaimana perasaan saya saat itu? Sedih? Pasti. Siapa sih yang tak merasa sedih ketika ditinggal sahabatnya? Selain sedih saya juga merasa kesepian karena hubungan kami menjadi tak seakrab sebelum ia menikah.
Tetapi walau kami tak seakrab dulu, kami masih sering bertemu dan bersenda gurau seperti sebelumnya. Di sela-sela ia mengurus anak dan suaminya, kami masih sering menghabiskan waktu walau hanya untuk sekedar menonton tayangan infotainment di sore hari.
Setelah tamat SMA, saya bertekad untuk kuliah. Beberapa hari sebelum berangkat, saya datang ke rumahnya dengan tujuan untuk berpamitan. Satu pesannya yang selalu saya ingat.
"Ira, teruslah menuntut ilmu dan jangan pedulikan apa kata tetangga-tetangga kita yang memandang sebelah mata cita-citamu. Maju terus dan jangan dengarkan mereka. Jaga diri baik-baik dan jangan mudah terpengaruh pada lingkungan yang kurang bagus. Saya akan selalu mendukungmu dari sini".
Tetapi walau kami tak seakrab dulu, kami masih sering bertemu dan bersenda gurau seperti sebelumnya. Di sela-sela ia mengurus anak dan suaminya, kami masih sering menghabiskan waktu walau hanya untuk sekedar menonton tayangan infotainment di sore hari.
Setelah tamat SMA, saya bertekad untuk kuliah. Beberapa hari sebelum berangkat, saya datang ke rumahnya dengan tujuan untuk berpamitan. Satu pesannya yang selalu saya ingat.
"Ira, teruslah menuntut ilmu dan jangan pedulikan apa kata tetangga-tetangga kita yang memandang sebelah mata cita-citamu. Maju terus dan jangan dengarkan mereka. Jaga diri baik-baik dan jangan mudah terpengaruh pada lingkungan yang kurang bagus. Saya akan selalu mendukungmu dari sini".
Pesan itu ia sampaikan dengan tegas saat saya beritahu hendak kuliah ke Makassar; sebuah tempat nun jauh di sana yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Sebuah kota besar yang namanya hanya kami baca di buku dan dengar dari siaran berita kriminal di yang saban siang selalu ditayangkan di televisi.
Saat hendak meninggalkan rumahnya, ia menggenggam tangan saya. "Ira, hanya ini yang bisa saya beri padamu". Ia menyerahkan jaket putih bergambar Mickey Mouse yang sebelumnya pernah saya pinjam. Tak hanya itu, ia juga menyerahkan sebuah amplop berisi uang yang akhirnya saya tolak.
"Makasih Ria. Pesanmu akan selalu saya ingat dan dukunganmu akan saya jadikan motivasi. Jacket yang kamu beri juga akan selalu saya pakai". Hanya itu jawaban saya sebelum akhirnya meninggalkan rumahnya.
Setiap liburan semester, saya selalu pulang kampung dan setiap kepulangan saya selalu disambutnya dengan bahagia. Ia selalu antusias bertanya tentang kegiatan yang saya lakukan di kampus.
Hingga saat itu tiba, saat saya pulang liburan usai menjalani ujian semester tiga. Ketika tiba di rumah, saya tak melihat Papa. Hanya Mama dan adik-adik saja yang menyambut kedatangan saya di depan pintu.
Diliputi rasa heran saya bertanya pada Mama. "Ma, Papa kemana? Kok Papa tidak menyambut kedatangan saya seperti biasanya?" tanya saya pada Mama.
"Oooh, Papamu sedang mengantar Ria" Jawab Mama santai.
"Mengantar Ria? Kok Papa yang mengantar Ria? Memang Ria mau kemana pake diantar sama Papa segala? Tanya saya semakin heran.
"Ria kan udah meninggal tadi pagi. Jadi Papa sama tetangga lainnya mengantarnya ke kuburan sekitar setengah jam yang lalu".
Deg.
Mendengar jawaban Mama, tulang-tulang saya seketika melemah. Saya jatuh terduduk. Air mata mengalir tanpa bisa dibendung. Sahabat saya di masa kecil itu telah pergi meninggalkan saya tepat di hari kepulangan saya. Hiks :'(
Saya lalu teringat pada jacket mickey mouse pemberiannya. Jacket itu tiba-tiba saja robek saat saya menguceknya seminggu sebelum pulang kampung. Ahhh, rupanya itu adalah tanda kepergiannya.
Hasrianti sahabat saya, ia sudah tiada tapi wajahnya akan selalu saya ingat. Persahabatan kami akan selalu saya kenang dan kisah indah yang pernah kami lalui akan selalu abadi di hati saya.
Setiap liburan semester, saya selalu pulang kampung dan setiap kepulangan saya selalu disambutnya dengan bahagia. Ia selalu antusias bertanya tentang kegiatan yang saya lakukan di kampus.
Hingga saat itu tiba, saat saya pulang liburan usai menjalani ujian semester tiga. Ketika tiba di rumah, saya tak melihat Papa. Hanya Mama dan adik-adik saja yang menyambut kedatangan saya di depan pintu.
Diliputi rasa heran saya bertanya pada Mama. "Ma, Papa kemana? Kok Papa tidak menyambut kedatangan saya seperti biasanya?" tanya saya pada Mama.
"Oooh, Papamu sedang mengantar Ria" Jawab Mama santai.
"Mengantar Ria? Kok Papa yang mengantar Ria? Memang Ria mau kemana pake diantar sama Papa segala? Tanya saya semakin heran.
"Ria kan udah meninggal tadi pagi. Jadi Papa sama tetangga lainnya mengantarnya ke kuburan sekitar setengah jam yang lalu".
Deg.
Mendengar jawaban Mama, tulang-tulang saya seketika melemah. Saya jatuh terduduk. Air mata mengalir tanpa bisa dibendung. Sahabat saya di masa kecil itu telah pergi meninggalkan saya tepat di hari kepulangan saya. Hiks :'(
Saya lalu teringat pada jacket mickey mouse pemberiannya. Jacket itu tiba-tiba saja robek saat saya menguceknya seminggu sebelum pulang kampung. Ahhh, rupanya itu adalah tanda kepergiannya.
Hasrianti sahabat saya, ia sudah tiada tapi wajahnya akan selalu saya ingat. Persahabatan kami akan selalu saya kenang dan kisah indah yang pernah kami lalui akan selalu abadi di hati saya.
Alfatihah buat Ria!
Kisah persahabatan saya dengan RIA adalah salah satu kisah persahabatan yang pernah saya jalin di masa lalu. Di lain waktu, insyaallah akan saya tuliskan kisah persahabatan saya dengan sahabat-sahabat yang lain.
Satu hal yang saya sesali saat menceritakan kisah ini adalah tak adanya foto kami berdua yang tersisa. Pun demikian dengan foto jacket micky mouse itu :(
Kisah persahabatan saya dengan RIA adalah salah satu kisah persahabatan yang pernah saya jalin di masa lalu. Di lain waktu, insyaallah akan saya tuliskan kisah persahabatan saya dengan sahabat-sahabat yang lain.
Satu hal yang saya sesali saat menceritakan kisah ini adalah tak adanya foto kami berdua yang tersisa. Pun demikian dengan foto jacket micky mouse itu :(
11 Komentar
Aku juga sedih waktu sahabatku merit Mbak. Padahal rasanya perjalanan masih panjang gitu loh. Skr anakna udah sma, anakku masih kecil2 hehehe. ALhamdulillah masih sahabatan sampai sekarang :)
BalasHapusAku nggak punya sahabat :(
BalasHapusDulu punya, tapi aku dijahatin.
O_O Eh, lho kok malah curhat?
Mm, turut berduka cita yah :(
Semoga arwahnya diterima di sisiNya
dan diterima amal baiknya. Amin.
Turut berduka cita zah.... Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT.
BalasHapusBtw kok gak ada fotonya mbak ?
Aduh aku nangissss... sweet banget mbak
BalasHapushwuaaaa.... sediiih...
BalasHapusMasih dikasih firasat ya, Mba walau pun berjauhan
Wah sedih sskali ya mbak Ira, tapi persahabatan kalian pasti abadi dengan kenangan yang indah2 ;)
BalasHapusSaya dulu juga punya sahabat tapi ketika pisah sekolah atau menikah jadi jauh krn jarang bertemu. Sekarang sahabat saya adalah teman kerja saya yang sudah bersama-sama selana 25 tahun, dari kerja pertama kali sampai saat ini masih bersana karena satu kantor :)
Mbak Ira yakin nih tahun 1991 baru masuk SD? Saya sudah lulus SMA loh mbak. Jadi selisih usia kita berapa yaa? Perlukah dihitung?? :)
sedih banget kisahnya mbak Ira..bahkan masih dikasih firasat :'(..teman angkatanku di kuliah ada yang mendadak meninggal karena di rampok di jalan..waktu itu juga satu angkatan shock karena kemarinnya masih ketemu eh tiba2 bsknya kami dapat berita duka cita. Meski ga deket tetep aja ada rasa hilang dari kami. Apalagi kalo jadi mbak Ira yang ditinggal sahabat terdekat..pasti lebih kehilangan. Pasti sahabat mbak Ira sudah tenang di sana mbak..yang tabah mbak Ira :'(
BalasHapuswww.blueskyandme.com
Saya juga punya sahabat yang lebih dulu pergi. Kami satu genk di kampus. Kalau mengingatnya membuat mata ini berkaca2.
BalasHapuswah perjuangan ya mbak masa kecilnya, tapi justru itu yang nggak bakal dilupakan, iya kan mbak? Belia banget umur mbak Ria saat menikah. Ah sedih, al fatihah buat mbak Ria. Semoga mbak Ria ditempatkan Allah ditempat-Nya yang terbaik. Amin. Semangat mbak Ira {}
BalasHapusWhuaaaa 😭😭 saya mewek baca kisah persahabatanmu Mbak Ira. Sedih ngebayanginnya 😰😫
BalasHapusHiks, pasti sedih banget ya kehilangan sahabat, apalagi sahabat kita sejak kecil
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉