CARA SEDERHANA MENGENALKAN WAHYU PADA KATA "TERIMAKASIH, TOLONG & MAAF"
Januari 19, 2017
Setelah membaca tulisan Mba Rizki Damayanti yang berjudul "Agar Anak Semangat Menyambut UAS" tiba-tiba saya jadi terinspirasi untuk menuliskan hal yang serupa tapi tak sama deh. Tak mau kalah, saya pun ingin menuliskan hal yang berhubungan dengan pendidikan yang diterapkan pada anak kami.
Pada kesempatan ini, saya tidak akan menuliskan hal yang berhubungan dengan UAS (Ujian Akhir Sekolah) karena anak saya memang belum menjalani UAS (baru 5 tahun cyiiint, masih jauh banget mikirin UAS, hehehe), jadi saya memilih untuk menuliskan cara sederhana yang kami (saya dan suami) lakukan untuk mengenalkan tiga kata kunci yang menjadi dasar tata krama yakni kata "Terimakasih, Tolong & Maaf " kepada Wahyu, anak semata wayang kami.
Sejak usia Wahyu menginjak tiga tahun, saya dan suami memang sudah mulai mengajarkan beberapa hal sederhana yang kami harapkan bisa berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Tujuan kami mengajarinya tidak lain dan tidak bukan agar sejak kecil ia menjadi terbiasa dengan hal-hal tersebut dan kemudian akan terus dilakukannya hingga dewasa nanti, Insyaallah.
Yang kami sadari, dewasa ini, semakin banyak orang (setidaknya di sekeliling kami) mulai enggan mengucapkan tiga kata yang tertulis di atas. Mungkin bagi mereka tiga kata tersebut terdengar sepele dan tidak penting untuk diucapkan tapi tidak bagi saya dan suami. Bagi kami, tiga kata tersebut adalah dasar tata krama yang harus kami ketahui dan jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Makanya kami sangat ingin Wahyu bisa mengetahui hal ini sejak ia masih kecil.
Lalu bagaimana cara kami mengajari Wahyu? Caranya adalah dengan memberitahunya pelan-pelan tapi kontinyu, dan yang paling penting adalah kami sebagai orang tuanya harus memberi contoh.
Cara kami mengenalkan kata "terimakasih":
Cara yang kami lakukan adalah setiap kali ada yang memberi Wahyu sesuatu (misal: mainan), saya atau suami akan berbisik di telinganya sambil menuntunnya mengucapkan terimakasih kepada si pemberi mainan tersebut. Tak hanya sekali, kami melakukan hal itu (berbisik) secara terus-menerus hingga akhirnya ia paham. Dalam hal ini, kami dituntut untuk bersabar karena Wahyu tidak serta merta langsung mengingat apa yang kami ajarkan.
Selain itu kami juga memberinya contoh, misalnya setiap kali suami memberi saya sesuatu, maka saya akan mengucapkan terimakasih sambil tersenyum padanya, begitu pun sebaliknya. Dengan begitu kami berharap Wahyu akan melihat kebiasaan itu dan kemudian melakukan hal yang sama. Seperti yang banyak tertulis di buku-buku parenting bahwa seorang anak adalah peniru ulung, maka kami berharap Wahyu bisa meniru hal-hal baik yang kami lakukan itu.
Apakah cara yang kami lakukan ini berhasil? Alhamdulillah, Wahyu akhirnya bisa mengerti dan paham dengan yang kami ajar dan contohkan. Saat usianya menginjak lima tahun, kami tak perlu lagi berbisik di telinganya agar ia mengucapkan terimakasih saat diberi sesuatu oleh orang lain. Tanpa paksaan, dengan mata berbinar ia akan berkata "terimakasih" kepada siapa pun yang memberinya sesuatu.
Cara kami mengenalkan kata "tolong"
Untuk mengenalkan kata tolong, awalnya agak sulit kami lakukan karena sebelumnya Wahyu sudah terbiasa dimanjakan oleh seluruh anggota keluarga. Sebagai cucu pertama di keluarga saya maupun keluarga suami, segala keinginan Wahyu selalu terpenuhi. Maka jadilah ia anak manja dan suka seenaknya sendiri. Wahyu suka menyuruh-nyuruh orang lain sesuka hati, dan bila tidak dituruti, ia akan menangis hingga keinginannya terpenuhi.
Saya ingat, pertama kali saya mengajarinya mengucapkan kata tolong adalah saat usianya akan memasuki empat tahun. Saat itu ia meminta dibuatkan susu. Seperti biasa, ia merengek ingin segera minum susu. Dari situ muncul ide di kepala saya, bahwa saat itulah waktu yang tepat untuk mengajarinya mengucapkan kata tolong. Maka berkatalah saya padanya "Kalau Wahyu ingin dibuatkan susu, Wahyu harus bilang: Mama, tolong buatkan susu karena Wahyu haus" dan mungkin karena sudah kehausan, ia dengan mudahnya mengikuti kata-kata saya, ia langsung bilang "Mama, tolong buatkan susu, Wahyu haus". Wahh, jujur saja saya kaget banget saat mendengarnya mengucapkan itu.
Tapi rupanya, itu hanyalah taktik supaya saya membuatkannya susu. Pada kesempatan berikutnya ia masih saja merengek saat meminta susu namun saya bersikeras, tidak akan ada susu bila tidak mengucapkan kata tolong. Dalam hal ini, saya juga meminta pada suami, dan semua orang di rumah untuk melakukan hal yang sama.
Setelah menerapkan hal itu, akhirnya Wahyu mau juga mengucapkan kata tolong. Dan selanjutnya, saat kami sedang duduk atau bermain bersama, saya selalu mengingatkannya untuk mengucapkan kata tolong bila hendak menyuruh orang lain. Walau butuh kesabaran ekstra, Alhamdulillah, akhirnya ia mau mengikuti apa yang kami ajarkan.
mama, wahyu haus, tolong buatin susu :) |
Duh, seketika itu mata saya berkaca-kaca dan merasa maluuuu banget sama anak saya. Segera saya peluk dan meminta maaf padanya, huhuhu, ternyata anak saya yang manja ini sudah mulai memahami apa yang selama ini kami ajarkan.
Cara kami mengenalkan kata "maaf"
Sama seperti mengenalkan kata terimakasih dan tolong, mengenalkan kata maaf ini juga butuh proses yang cukup lama. Karena Wahyu adalah satu-satunya anak kecil di dalam rumah, maka ia tidak pernah disalahkan walaupun telah berbuat sesuatu yang salah. Ia akan selalu dibela karena statusnya sebagai "anak kecil".
Hingga akhirnya ia berbuat kesalahan yang membuatnya ketakutan. Saat itu ia sedang marah dan membuang robot mainannya ke arah saya. Ternyata robot tersebut mengenai tulang kering saya yang seketika itu langsung membuat saya meringis kesakitan hingga tanpa sadar mengeluarkan air mata. Melihat saya meringis, tiba-tiba Wahyu langsung menangis dan datang memeluk saya.
Sambil mengusap air mata saya, ia bertanya "kaki mama sakit?". Sambil tersenyum saya jawab "iya, sakit, tapi sakitnya akan hilang kalau Wahyu bilang: Mama, Wahyu minta maaf". Merasa diri bersalah, akhirnya ia pun mengucapkan kata maaf itu. Huwaaaa, mendengar kata maaf yang ia ucapkan, air mata saya semakin deras mengalir. Saya sungguh terharu dibuatnya *_______*
Tak hanya Wahyu yang kami minta untuk mengucapkan kata maaf ketika berbuat salah, saya dan suami juga tak segan-segan meminta maaf kepada Wahyu bila kami merasa berbuat salah kepadanya. Kami tidak ingin membuatnya berpikir bahwa kata maaf itu hanya diucapkan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua saja, kami ingin ia tahu bahwa kata maaf itu wajib diucapkan oleh semua orang yang telah berbuat salah.
Oh iya, sebenarnya ada banyak hal yang kami ajarkan kepada Wahyu, dan salah satu yang paling berkesan dan tak akan terlupa adalah saat mengajarkannya mengenal tiga kata keramat di atas. Saat melakukannya, ada banyak drama yang menyertai, ada air mata juga tawa yang menghiasi serta berbagai kegagalan yang datang silih berganti, namun karena tekad bulat dan kesabaran, akhirnya kami bisa memetik hasilnya. Benar kata pepatah, hasil tak akan menghianati usaha.
Kami tidak memungkiri bahwa pendidikan formal memang sangat penting untuk anak guna menunjang kehidupannya di masa mendatang, namun kami juga tidak boleh mengabaikan fakta bahwa pengetahuan tentang tata krama sama pentingnya dengan pendidikan formal.
Kami tidak tahu, apakah cara yang kami lakukan di atas sudahlah benar dan sesuai dengan teori parenting yang disarankan para ahli, yang kami tahu, bahwa kami akan sangat bangga saat anak kami memiliki tata krama yang baik.
10 Komentar
Thanks for share kak.. jadi pelajaran ^^ semoga kelak kalo punya anak juga bisa mengajarkan hal-hal seperti ini ^^
BalasHapusArtikel yang menarik
BalasHapusItu Wahyu ikutan nangis apa ketawa? Senyumnya lebar gitu 😀. Pinter dia, bisa ngingetin mamanya untuk minta tolong.
BalasHapusMakasih sharingnya Mbak Ira. Memang ketiga kata sakti itu sangat penting buat anak2 ya. Aku juga baru mengajarkan pada anakku. Artikelnya berguna banget, tengkyu :)
BalasHapusanak2 memang harus diajarkan hal positif ya mba... TFS :)
BalasHapusEkspresinya wahyu lucu :3 baca postingannya mba Ira, jadi inget dulu pas masih kecil mama juga suka bisikin biar aku bilang makasih sama yang ngasih sesuatu.
BalasHapusAku pun membiasakan bersama suami untuk biasa berkata terimakasih, maaf n tolong alhamdulilah saat ini Neyna 3,5 th udah habit untuk bilang itu semua :)
BalasHapusgudluck mba Ira
Iya penting sekali mengajarkan hal tersebut kepada anak-anak sejak kecil ya mbak Ira. Dan dipraktekkan sekalian sehingga anak-anak bisa langsung melihat dan kemudian menirukan. Anak-anak adalah peniru yang baik, jadi orang tua juga harus berhati-hati ketika melakukan segala hal didepan anak-anak.
BalasHapusItu Wahyunya lagi ketawa apa nangis sih? Tadi tetep cakep kok, hehe..
Faraz juga mulai sekarang kami ajarkan ucapkan 3 kata sakral itu, biar tertanam di otaknya untuk slalu menghargai orang, minta tolong, maaf dan berterimakasih :)
BalasHapusbtw, itu Wahyu masih ngedot Kak?? hihih luuucuuu :D
Owlah kena skakmat dikau mb ir ama wahyu pas kejadian 'dompet' hihihi
BalasHapusKayaknya emamg ampuh juga ngenalin kata makasih ke anak usia dini klo sering dibisikin pas dikasih sesuatu, mau nyontek ah.,,
Yang mb ir dimintain maaf ama si dedek pas kena robot robotan tu sweet banget #kmudian baper hihi
Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉