YUK JADI PEMILIH CERDAS SAAT PILKADA NANTI!
Oktober 06, 2016pic source: pixabay.com |
Hai gaes, apa kabarmu hari ini? Harapan saya semoga selalu baik-baik saja, amin. Oh iya, tidak terasa yah sekarang kita sudah berada di hari kamis dan seperti beberapa kamis yang lalu, hari ini saya kembali hadir dengan artikel kolaborasi.
Tulisan saya kali ini terisnpirasi dari artikelnya Mba Adriana Dian yang berjudul "The Big No-No Dalam Sebuah Pemilihan Umum". Hmmm, ngomonging PILKADA nih? Hehe ^_____^
Seperti yang dituliskan oleh Mba Dian di dalam artikelnya bahwa saat ini media sosial sedang diramaikan dengan keriuhan pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta. Sejak diumumkan bahwa ada tiga pasang calon yang akan maju bersaing memperebutkan posisi orang nomor satu di Jakarta, sejak itu juga para pendukung dari masing-masing calon sudah saling berlomba dan tak ragu menulis/menyebarkan keunggulan calon DKI 1 pilihannya di media sosial masing-masing.
Bagaimana tanggapan saya melihat fenomena ini? Tanggapan saya sih biasa saja karena saya beranggapan bahwa semua ini adalah hal yang wajar terjadi. Di mata saya, apa yang dilakukan oleh para pendukung calon gubernur DKI Jakarta itu bukanlah sesuatu yang istimewa. Menurut saya, masing-masing orang berhak menentukan pilihan atas apapun yang disukainya asal tidak merugikan orang lain, termasuk di dalamnya adalah memilih kepala daerah.
selfie bareng cagub/cawagub DKI Jakarta. Mereka kompak yah? |
Dan tak jauh berbeda dengan warga DKI, kami warga Sulawesi Tenggara juga tak kalah heboh loh. Pasalnya pada tahun 2017 nanti setidaknya ada 7 daerah di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang akan ikut merayakan pesta demokrasi lima tahunan itu. Salah satu daerah di Sultra yang juga melaksanakan pilkada adalah Kabupaten Buton Tengah (Buteng). Sebagai pemegang ktp Buteng, tentu saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini dong. Saya bertekad untuk menggunakan hak pilih saya.
Sejak pertama kali mendapatkan hak untuk menentukan pilihan dalam pemilu (baik pemilihan presiden, DPR, DPRD, Gubernur hingga Bupati) tidak sekalipun saya alpa dan menyia-nyiakan suara saya. Pada hari pemungutan suara saya selalu antusias datang ke TPS.
Sejak pertama kali mendapatkan hak untuk menentukan pilihan dalam pemilu (baik pemilihan presiden, DPR, DPRD, Gubernur hingga Bupati) tidak sekalipun saya alpa dan menyia-nyiakan suara saya. Pada hari pemungutan suara saya selalu antusias datang ke TPS.
Dan hal-hal apa sajakah yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih dan menentukan pemimpin ideal (ala saya)? Hmm, kalo saya biasanya percaya pada feeling sih, kalo feeling saya mengatakan baik yah saya akan memilihnya, tentu setelah mengetahui visi dan misinya sang calon.
Masih menurut saya, tak salah bila kita menetapkan kriteria yang tinggi terhadap calon pemimpin kita. Toh bila ia terpilih, pemimpin itulah yang akan menjadi panutan kita selama lima tahun ke depan, jadi tidak salah dong bila kita menginginkan yang terbaik? Karena itulah kita harus menjadi pemilih cerdas.
Lalu bagaimana cara agar kita bisa menjadi pemilih cerdas yang mencetak pemimpin berkualitas? Lagi-lagi menurut saya, setidaknya kita harus melakukan 4 hal di bawah ini:
Hal ini bisa dilakukan jauh-jauh hari sebelum tanggal pemungutan suara. Ada beberapa cara yang bisa kita pilih untuk mengenali sang calon pemimpin. Salah satu caranya adalah dengan melihat rekam jejaknya melalui sosial media miliknya (bila calon pemimpin punya sosmed), bisa juga dengan mendengar/membaca visi dan misi yang ia sampaikan selama masa kampanye atau yang tertulis di baliho. Pilihlah pimpinan yang memiliki visi dan misi yang mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan dan keluarganya.
Baca Juga: 5 Hal yang Saya Lakukan Untuk Menciptakan rekam Jejak Positif di media Sosial
Baca Juga: 5 Hal yang Saya Lakukan Untuk Menciptakan rekam Jejak Positif di media Sosial
* Memilih calon kepala daerah sesuai hati nurani
Setelah mencari tahu dan mengenali calon pemimpin, yang kita lakukan kemudian adalah bertanya pada hati nurani; manakah yang baik untuk dipilih? Menurut saya, pilihan yang sesuai hati nurani adalah pilihan yang terbaik (walau pilihan hati nurani setiap orang berbeda). Dan karena alasan ini, maka semua orang berhak memilih sesuai keinginannya dan tak boleh dipaksa.
*Gunakan hak pilih kita dan jangan golput
Seperti yang saya katakan sebelumnya, sejak pertama kali diberi hak memilih, tidak sekalipun saya menyia-nyiakan suara saya atau istilah kerennya golput=golongan putih (tidak menggunakan hak pilih). Menurut saya, satu suara yang kita berikan saat pemilu dapat menentukan masa depan bangsa kita lima tahun ke depan.
Seperti yang saya katakan pada poin nomor dua, masing-masing orang tentu memiliki kriteria sendiri dalam memilih pemimpin. Hati nurani setiap orang berbeda-beda, olehnya itu sudah menjadi kewajiban kita untuk saling menghargai pilihan masing-masing. Pemimpin yang menurut saya baik, belum tentu baik di mata orang lain, begitupun sebaliknya.
Yuk kita jadi pemilih cerdas saat pilkada nanti dengan melakukan empat hal di atas. Ayo sukseskan pelaksanaan pesta demokrasi pada tahun 2017 dengan cara saling menghargai. Siapapun pilihan kita, semoga pemimpin yang terpilih adalah yang terbaik. Amin..
Oh iya, jangan lupa ikutan GA-ku yah gaes, temanya dijamin gampang banget dan semua orang pasti pernah mengalaminya deh. Untuk info lengkapnya bisa baca di sini
16 Komentar
Setuju mak, jangan sampai golput suarakan hakmu untuk pemimpin di daerah tempat tinggalmu, semoga pilkada DKI aman dan lancar ya Mak
BalasHapusPoin terakhir, hargai pilihan orang lain, tampaknya sering terlupa ya Mba? :(
BalasHapusJadi pilih siapa nih buat Jakarta? Aku pilih yg ganteng aja...
BalasHapusehm bukan lagi penduduk jakarta sekarang hahahaa
BalasHapusah , malah aku pusing yang sliweran di TL tentang pilkada saja , belum di TV, aku mahsukanya yang ringan2 saja, pilih gubernur cukup di bilik dan cukup diri sendiri yg tahu
BalasHapusnambahin satu mbk ira, istikharah lah sblum memilih, hehe,
BalasHapusYup, setuju sm mak Inda..
HapusAaaaaa, demam pilkada. Kadang masalah beginian bisa sampe bertengkar lho Mbak IR :D
BalasHapusPilihanmu menentukan 5 tahun ke depan. hhee
BalasHapusJadi perlu kepoin masing2 calon... xixixixii
Yg penting memang menghargai pilihan masing2 sih ya, mba..
BalasHapusMbak Ira, gimana pilkada di Sultra 'panas' juga gak?
BalasHapusiya benerrrr... eh.. nanti kan pilkada serentak ya bulan februari itu? semoga banyak yang menjadi pemilih cerdas.. karena serentak kan jadi biar nggak rusuh.
BalasHapussemoga pemilihannya hanya satu putaran saja ya, kalau sekali putaran kan nggak menghabiskan banyak biaya :D
BalasHapusyah kita mah enjoy2 saja ... srmoga aja sukses dan memilih bukan karena paksaan oknum serangan pajar ...wkwkwk ...salam kenal
BalasHapusSaya nggak pernah golput sejak punya hak pilih, mbak Ira. Semoga pemimpin kita kedepan adalah yang terbaik sehingga bisa membawa masyarakat lebih sejahtera ya mbak, aamiin :)
BalasHapusMengenali calon tidak selalu mudah juga ya Mbak.
BalasHapusBagaimana mencari tahu hal2 yang sebenar2nya terjadi, bukan yang telah "dikemas", dilebih2kan, itu tantangan tersendiri juga
Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉