HADIAH SEBUAH KEBAIKAN HATI
Oktober 19, 2016pic source: pixabay.com |
Hai gaes, apa kabarmu di hari rabu ini? Harapan saya semoga selalu sehat dan baik-baik saja, amin.. Oh iya, hari ini saya kembali hadir dengan tulisan kolaborasi nih tapi jadwal tayang tulisannya agak berbeda dengan beberapa tulisan kolaborasi yang sebelumnya (biasanya tulisan kolaborasi selalu saya publish pada hari kamis).
Kali ini berbeda karena teman kolaborasi saya yakni Mba Arinta, Mba Rani dan Mba Widi sudah punya jadwal khusus setiap bulan untuk posting tulisan kolaborasi mereka yakni setiap tanggal 19. Jadi sebagai bintang tamu, jelaslah saya harus menyesuaikan dengan jadwal mereka, hehehe ^______^
Kali ini berbeda karena teman kolaborasi saya yakni Mba Arinta, Mba Rani dan Mba Widi sudah punya jadwal khusus setiap bulan untuk posting tulisan kolaborasi mereka yakni setiap tanggal 19. Jadi sebagai bintang tamu, jelaslah saya harus menyesuaikan dengan jadwal mereka, hehehe ^______^
Lalu apakah tema tulisan kolaborasi kami kali ini? Hmmm, temanya cukup sulit menurut saya. Temanya adalah membuat cerpen anak. Walau beberapa kali pernah menuliskan cerita fiksi di blog ini tapi untuk menuliskan cerita yang bertema anak-anak masih menjadi hal yang sulit untuk saya. Namun sulit bukan berarti tidak bisa dikerjakan kan? Maka saya mencoba untuk menyelesaikannya walau mungkin hasilnya masih jauh dari kata bagus.
Baca juga tulisan ketiga teman kolaborasi saya:
Baca juga tulisan ketiga teman kolaborasi saya:
Kata pengantarnya tak perlu panjang-panjang lah yah, inilah cerpen anak ala saya yang berjudul "HADIAH SEBUAH KEBAIKAN HATI"
***
Malam minggu ini hujan turun begitu deras. Biasanya Rina selalu bahagia saat hujan turun di malam hari karena itu berarti tidurnya akan lebih nyenyak ditemani derai hujan. Namun tidak dengan malam ini.
Malam ini Rina merasa gelisah di kamarnya. Pasalnya besok pagi ia sudah janjian dengan ketiga sahabatnya yakni Fani, Icha dan Iwan hendak pergi memancing di danau yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Ia khawatir hujannya tidak akan reda hingga besok pagi dan membuat rencana mereka memancing bersama menjadi batal.
Syukurlah yang dikhawatirkan Rina tidak terjadi. Pagi harinya hujan yang semalam turun dengan derasnya telah reda. Sesuai kesepakatan, pukul sembilan pagi mereka berkumpul di rumah Rina dan kemudian pergi ke danau bersama-sama.
Perjalanan menuju danau mereka tempuh selama lima belas menit. Sesampainya di sana mereka langsung mengeluarkan peralatan mancing yang telah dibawa dari rumah. Mereka memilih duduk di bawah sebatang pohon rindang yang ada pinggiran danau dan mulai memancing.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa hari sudah mulai siang. Sudah hampir tiga jam lamanya mereka menunggui kail yang yang telah pasangi umpan dan dilemparkan ke danau, namun tak seekor pun ikan yang mau memakan umpan tersebut. Fani dan Icha sudah menunjukkan wajah hampir menyerah sedangkan Rina dan Iwan terlihat masih semangat.
“Teman-teman, sepertinya ikannya masih kedinginan deh jadinya malas keluar untuk memakan umpan kita” Fani berkata pada ketiga sahabatnya.
“Iya nih, nampaknya ikan-ikan di danau ini tidak lapar” Icha menimpali perkataan Fani.
“Jangan mudah menyerah gitu dong Fan, Cha!” aku yakin kita pasti mendapatkan ikannya asalkan kita mau bersabar!" Iwan berkata pada Fani dan Icha.
“Benar tuh yang dibilang Iwan. Yuk kita bersabar. Tapi karena sekarang sudah siang, jadi sebaiknya kita makan dulu. Mungkin saja setelah kita makan ikan-ikan itu mau memakan umpan yang kita berikan”. Rina mengajak ketiga sahabatnya untuk makan bersama.
Semuanya setuju. Lalu mereka pun membuka bekal makanan yang telah dibawa dari rumah masing-masing. Saat hendak memasukkan makanan ke dalam mulut, keempat sahabat itu sayup-sayup mendengar suara anak kucing.
“wahh, sepertinya itu suara anak kucing deh. Yuk kita cari, mungkin saja ia kehilangan induknya saat hujan lebat semalam” Rina mengajak sahabatnya untuk mencari anak kucing itu.
“iya, aku juga dengar. Yuk kita cari” Icha, Fani dan Iwan serentak menjawab.
Lalu mereka mulai mencari anak kucing itu. Tak lama setelah mencari, anak kucingnya ketemu. Anak kucing malang itu berada di balik semak-semak. Bulunya basah dan ia menggigil kedinginan.
“Kasihan banget anak kucing ini. nampaknya ia kedinginan” Icha berkata pada ketiga sahabatnya sambil menggendong anak kucing yang menggigil itu.
"Yuk kita tolongin, kasihan banget dia kedinginan. Adakah di antara teman-teman yang membawa sehelai kain hangat?" Iwan bertanya pada sahabat-sahabatnya.
“Kain hangat? Sepertinya di tasku ada sebuah handuk kecil. Tunggu sebentar yah aku ambilin dulu” Fani mengambil selembar handuk kecil dari dalam tasnya dan langsung memberikannya pada Iwan.
Keempat sahabat yang baik hati itu pun mengurusi anak kucing yamg kedinginan itu. Mereka mengeringkan bulu anak kucing dengan selembar handuk kecil dan kemudian menjemur anak kucing itu pada sinar matahari siang untuk menghangatkannya.
Setelah bulu anak kucingnya kering, mereka pun melanjutkan makan siang yang sempat tertunda. Tak lupa mereka juga memberi makan pada anak kucing malang itu. Selain kedinginan, ternyata anak kucing itu juga kelaparan. Syukurlah ia bertemu dengan anak-anak yang baik hatinya hingga ia bisa diselamatkan.
Usai makan siang, keempat sahabat itu melanjutkan kegiatan mereka yaitu memancing ikan. Mereka kaget banget melihat apa yang terjadi. Kail yang mereka lemparkan yang sebelumnya tidak disentuh oleh seekor ikan pun, kini para ikan seolah antri untuk memakan umpan yang meraka berikan. Dalam kurun waktu satu jam, wadah yang mereka bawa sudah penuh terisi ikan.
“wahh, sepertinya kita harus pulang nih karena tempat yang kita bawa sudah terisi penuh dengan ikan tangkapan kita” Icha berkata dengan raut wajah bahagia.
“iya yah, tempat yang kita bawa sudah terisi penuh. Pasti karena tadi kita sudah menolong anak kucing ini jadi Allah membalas kebaikan hati kita" Rina menjawab dengan raut wajah bahagia.
"Di sekolah kan ibu guru sudah ngajarin kita agar saling tolong menolong. Kita wajib menolong makhluk yang ada di sekitar kita. Kalian ingat kan apa kata ibu guru? Menurut beliau, semakin sering kita menolong sesama, semakin banyak juga pahala yang kita dapatkan dan semakin banyak kita memberi, maka Allah akan menggantinya lebih banyak” Iwan menambahkan.
"Iya benar, ibu guru memang sering berpesan tentang hal ini" Fani membenarkan semua yang dikatakan sahabatnya.
Keempatnya saling memandang dan tersenyum satu sama lain. Mereka tidak menyangka bahwa kebaikan hati yang mereka tunjukkan hari itu langsung mendapatkan balasan dari Allah.
Lalu keempat sahabat itu pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan bahagia. Tak lupa juga mereka membawa anak kucing yang beberapa saat sebelumnya mereka tolong. Keempatnya saling berjanji akan merawat anak kucing itu sebaik-baiknya.
***
Demikian cerpen anak yang saya tuliskan. Ini adalah cerpen anak pertama yang saya buat. Mohon maaf bila ceritanya terkesan biasa banget dan masih jauh dari kata bagus. Semoga kedepannya saya bisa menuliskan cerita anak dengan kualitas yang lebih baik. Buat Mba Arinta, Mba Rani dan Mba Widi, terimakasih sudah memberikan kesempatan pada saya untuk mengeksplorasi kemampuan saya di bidang ini. Semoga ini bukanlah kesempatan pertama sekaligus terakhir karena jujur saja saya masih pengen untuk berkolaborasi lagi, hehehe..
So, sampai jumpa di tulisan Collaborative Blogging lainnya J J
Oh iya, jangan lupa ikutan GA saya Irawati Hamid First Giveaway "Momen yang Paling Berkesan & Tak Terlupakan" yah, DLnya sebentar lagi loh.. Klik gambar di bawah ini untuk melihat syarat dan ketentuannya J J
Oh iya, jangan lupa ikutan GA saya Irawati Hamid First Giveaway "Momen yang Paling Berkesan & Tak Terlupakan" yah, DLnya sebentar lagi loh.. Klik gambar di bawah ini untuk melihat syarat dan ketentuannya J J
13 Komentar
Kebaikan hati seseorang memang lebih berharga daripada kekayaan itu sendiri ya Mbak Ira :)
BalasHapusKebaikan akan selalu berbuah kebaikan.. Kalaupun tidak berbalas secara langsung, tapi insya Allah akan dicatat sebagai tabungan.
BalasHapusTerima kasih sudah ikutan ya Mbak Ira.. :* :)
Sip, pesan moralnya tersampaikan dengan baik. Huaa.. kalau saya bingung kalau disuruh bikin cerpen begini. :D
BalasHapuswah asik ya berkolaborasi seperti ini bisa belajar fiksi anak, jadi kepikiran buat kolaborasi juga tapi takut ga sampe tenaganya nih
BalasHapusKebaikan selalu diikuti dengan kebaikan lain ya, mam Ira. Entah itu Dibalasnya kapan....
BalasHapusMakasih sudah jai blogger tamu, Mam. Ditunggu kedatangannya lagi. :)
Ceritanya sederhana y mba tapi memang begitulah ketika kita menolong pasti Allah memudahkan pula urusan kita. Lanjut mba cernaknya
BalasHapusMbak Ira makin kece aja ngeblognya :D
BalasHapusKebaikan akan berbuah kebaikan pula pada akhirnya..pesan inspiratifnya tersampaikan dg baik
BalasHapusMb ir, pengen liat giveawaynya euy
BalasHapusUda telat blom yak
Cerita anaknya bagus Mbk, tinggal dipoles udah layak ke media nih. Asyik juga ya kolaborasinya.
BalasHapusSuka cerpennya pengen bisa nulis fiksi yg bagus gini
BalasHapusBagus mba, bisa untuk dongengin anakku deh ini :) dulu waktu smp aku pernah bikin drama untuk pentas di depan kelas aja.. Ngga tau sekarang masih bisa apa ngga yaa..
BalasHapusBagus kok mbak critanya. Bahasanya mudah banget disampaikan ke anak2 :D
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉