KETIKA MALAIKAT MAUT ITU DATANG
Maret 31, 2016
Maut.
Satu hal yang ditakuti (atau hanya saya saja yah?) namun pasti akan dialami oleh semua orang.
Satu hal yang tidak bisa dihindari yang tidak diketahui kapan
datangnya. Ia akan datang menghampiri siapa saja, saya, kamu, dia
atau siapapun yang bernyawa. Tugas kita hanya satu yaitu mempersiapkan diri menghadapi
kedatangannya.
Dua
hari yang lalu, warga Sulawesi Tenggara dikejutkan sebuah
insiden tragis yang dialami oleh beberapa orang dalam program
pelatihan dasar pengamanan satpam di kampus Universitas Haluoleo
(UHO) Kendari. Kegiatan yang dilakukan itu tiba-tiba harus berakhir
karena meledaknya sebuah bom yang mengakibatkan empat orang meninggal
dunia.
Kejadian
tragis itu menyadarkan saya bahwa kematian memang sangat dekat,
sedekat hembusan napas kita. Orang yang bahkan lima menit sebelumnya
segar bugar, bisa saja meninggal dunia karena hal yang tidak diduga.
Pikiran
saya pun menerawang pada kejadian tiga tahun silam saat papa meninggalkan
kami untuk selamanya. Rumah yang papa huni setelah meninggalkan kami
hanyalah lubang berukuran 2x1 meter tanpa membawa apapun yang
telah ia hasilkan selama hidupnya (kecuali amal dari segala ibadah
yang telah beliau tunaikan).
Kepergian
papa menyadarkan saya bahwa ketika roh terpisah dari badan, maka
semua yang kita miliki di dunia ini tidak akan berguna lagi. Jika kematian sudah di depan mata, sebanyak apapun harta, gelar dan jabatan yang dimiliki tidak akan mampu menghalaunya.
Lantas sudah siapkah kita menyambut kedatangan
sang malaikat maut?? Jujur saja saya belum siap, rasanya amalan saya
masih sedikit. Tapi malaikat
maut tidak akan memandang apakah kita sudah siap atau belum, apakah amalan
kita sudah banyak atau masih sedikit, apakah kita orang tua atau anak
bayi, jika waktunya sudah tiba ia akan tetap melaksanakan tugasnya. Satu-satunya cara menghadapi kematian adalah dengan menerimanya.
Seandainya saja malaikat maut berbaik hati memberi saya waktu delapan hari sebelum ia benar-benar mencabut
nyawa saya, inilah enam hal yang akan saya lakukan:
- Membayar semua hutang yang saya punya.
Hutang
adalah hal pertama yang saya pikirkan ketika mendengar kata mati.
Bagi saya, hutang adalah hal yang wajib dibayar oleh orang yang
melakukannya. Oleh karena itu, saya akan membayar semua hutang yang
saya punya. Jika merasa sudah melunasi semuanya, saya akan bertanya
sekali lagi pada teman-teman yang pernah berhubungan dengan saya
untuk memastikan bahwa memang benar sudah tidak ada lagi hutang yang tertunggak. Saya tidak ingin hutang menjadi pemberat langkah
saya di hari perhitungan nanti.
- Bersama anak di setiap waktu
Anak
adalah orang yang paling saya cintai di dunia ini. Di sisa umur yang
tidak lama lagi, saya ingin menghabiskannya dengan anak saya untuk
melakukan hal-hal yang membahagiakan. Saya ingin, jika kelak saya benar-benar meninggalkannya, ia akan mengingat semua hal bahagia yang kami
lakukan di hari-hari terakhir menjelang kepergian saya untuk
selamanya. Saya ingin memberikan kenangan terindah pada anak saya. Selama melakukan kegiatan menyenangkan itu, tidak
lupa saya akan mem-videokan momen kebersamaan kami agar ketika ia
kangen pada saya, ia bisa memutar kembali video itu.
- Memberitahukan perihal kepergian saya pada suami dan meminta maaf padanya.
Ketika
mengetahui umur saya hanya tersisa delapan hari, saya akan
memberitahukan hal ini pada suami saya sekaligus meminta maaf
padanya. Selama hidup bersama mungkin saya memiliki banyak kekurangan
dalam melayaninya dan pasti telah melakukan banyak kesalahan baik
yang disengaja maupun tidak. Saat itu pula saya ingin meminta satu
hal, jika kelak ia menikah lagi, saya ingin anak kami dirawat oleh
mama saya atau orang tuanya. Saya tidak ingin anak saya tinggal dengan ibu tirinya dan
tidak mendapatkan kasih sayang seperti yang ia dapatkan dari saya,
ibu kandungnya.
- Memberitahukan perihal kepergian saya dan minta maaf pada mama dan mertua.
Saya
akan memberitahukan kepergian saya pada keluarga terdekat saya khususnya mama dan mertua juga meminta maaf pada mereka. Kepada
mama, saya akan meminta maaf atas kesalahan yang telah saya lakukan
selama hidup di dunia ini sambil mencium kedua kakinya. Saya akan
meminta mama untuk mengikhlaskan kepergian saya yang mendahuluinya. Saya juga akan memberitahu mertua tentang hal ini dan
meminta maaf yang sedalam-dalamnya apabila selama menjadi
menantu saya pernah melakukan hal yang tidak mereka sukai. Baik kepada mama maupun mertua, saya akan memohon kesediaan mereka untuk merawat anak saya bila nanti ayahnya menikah lagi.
- Meminta maaf kepada adik-adik saya, sahabat dan orang-orang yang mengenal saya.
Saya akan meminta maaf pada keempat adik saya. Sebagai anak sulung, saya tentu bukanlah kakak yang sempurna dan pasti
punya kesalahan pada mereka. Begitupun dengan para sahabat,
saya akan bersilaturahmi menemui mereka dan kemudian
meminta maaf. Untuk sahabat yang tinggal di luar kota, saya akan
menelponnya untuk meminta maaf. Sedangkan untuk teman-teman yang saya kenal dan mengenali saya, saya akan
memasang
status permintaan maaf di seluruh media sosial yang saya punya.
- Resign dari kantor.Delapan hari sebelum ajal menjemput, saya akan resign dari kantor. Namun sebelum mengajukan surat pengunduran diri, saya akan mengerjakan semua tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab saya. Saya juga akan meminta maaf pada atasan, rekan-rekan dan beberapa orang yang pernah berhubungan dengan saya terkait masalah pekerjaan.
Selain
melakukan keenam hal di atas, hari-hari terakhir saya tentu akan
saya isi dengan melakukan ibadah wajib dan sunnah dengan lebih khusyuk, tadarus hingga mengkhatamkan alquran, sedekah kepada anak-anak yang kurang
beruntung dan berpuasa daud agar nanti tidak banyak kotoran yang keluar dari tubuh saya saat mayat saya dimandikan.
Dan seandainya saya boleh memilih waktu
kematian saya, saya ingin meninggal di pagi hari setelah menunaikan
shalat dhuha. Saya ingin meninggal saat matahari baru terbit agar
bisa dikebumikan pada sore harinya.
“Tulisan ini diikutkan dalam dnamora Giveaway”
30 Komentar
topik ga nya nyesss mbakk, aku cek ah
BalasHapustopiknya memang anti mainstream Mbak Ninda, saya menuliskannya penuh emosi :)
HapusBaca tentang topik yang satu ini takut gitu mau buka. Apalagi nulisnya yak Mbak.
BalasHapusSemoga sukses ya Mbak GA nya...
saya pun sama Mbak :)
Hapusikut GA ini gak berharap menang, hanya ingin mengetes nyali seberapa beraninya saya bisa menuliskan topik yang "terbilang ekstrim" ini..
Perkara hutang memang patut dipikirkan, agar ringan langkah kita di akhirat..ehm, aku masih punya utang sama siapa ya #merenung :)
BalasHapusayo diingat-ingat lagi Mbak :)
HapusAku absen mbak dari GA ini...takut nulisnya... Iya. Soal hutang-piutang penting, biar tidak memberatkan yang ditinggalkan. Mmm...klo aku, kayaknya aku akan sisihkan waktu sehari untuk menyendiri mbak...mengenang semua yang sudah terlewati... :-)
BalasHapussaya juga takut Mbak, tapi tetap merasa tertantang untuk menuliskannya :)
Hapuswahh, saya udah gak kepikiran buat menyendiri, yang ada dipikiran saya itu hanya ingin bersama anak saya..
Semua orang pasti akan meninggal ya mbak Ira hanya waktunya kapan itu yang masih tersembunyi, ini mengingatkan bahwa kita harus selalu siap jika sewaktu-waktu malaikat maut tiba-tiba datang. Ngeri sih, tapi harus dihadapi, mau tak mau :)
BalasHapusBenar Mbak Anjar, kita semua harus siap kapapun kematian datang..
HapusKayaknya dulu pernah denger ceramah ust tentang seseorang yang meminta dipercepat kematiannya.
BalasHapusklo ga salah :)
iya kah?? wah hebat banget orang itu :)
Hapusjika mengingat kematian, saya selalu bergidik mak, apakah saya sudah siap untuk menghadapinya? HIks
BalasHapussama Mbak Tian, saya pun demikian :(
Hapussaat menulis inipun saya merasa bergidik dan takut membayangkannya :(
Bila mengingat kematian tentu rasanya banyak hal yang belum dipersiapkan. Ulasannya sangat menarik. Senang sekali dapat berkunjung ke laman web yang satu ini. Ayo kita upgrade ilmu internet marketing, SEO dan berbagai macam optimasi sosial media pelejit omset. Langsung saja kunjungi laman web kami ya. Ada kelas online nya juga lho. Terimakasih ^_^
BalasHapusdan rasanya bekal menuju "ke sana" itu selalu tidak pernah cukup :(
HapusKematian datang tanpa permisi, tiba-tiba menghampiri. untuk itu kita di perkenankan mempersiapkan diri sebelum ajal datang menjemput
BalasHapusiya Mbak Sithi.. semoga kita termasuk dalam orang-orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah yah, amin..
HapusKematian adalah pengingat terbaik,untuk terus berbuat kebaikan.
BalasHapusiya Mbak Rohma.. berbuat baiklah seolah besok adalah hari kematianmu..
HapusDuuuh pada banyak yang nulis topik ini. Rasanya jadi makin gimana gitu.
BalasHapustema GA-nya memang anti mainstream Mbak Anisa :)
Hapussemoga saya meninggal dalam keadaan husnul khotimah.. aamiin. :)
BalasHapussemoga kita semua meninggal dalam khusnul khotimah, amin..
Hapusbersama anak setiap waktu apalagi saat anak-anak kecil ya. Goo dluck ya mbak lombanya
BalasHapusterimakasih Mbak Lidya.. :)
HapusKetika memberi tahu dan pamit kepada suami, orangtua, mertua, adik-adik itu, duh... saya membayangkan betapa mengharukannya.
BalasHapusTerimakasih tulisannya, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
BalasHapusMati itu pasti dan kematian adalah hal yang ghaib. Semoga kita bisa menghadapNya dalam keadaan tenang dan bahagia, karena urusan-urusan kita di dunia sudah selesai kita kerjakan :')
BalasHapusMbaaa..insya Allah karena GA ini kita akan ada dalam satu buku. :)
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉