BEDA ZAMAN BEDA CERITA
Juni 27, 2016
Di
zaman sekarang ini, apa sih tolak ukur seseorang dikatakan gaul?
Jawaban yang diberikan mungkin akan berbeda bagi setiap orang. Namun
satu yang pasti, kalo kamu tak punya handphone, kamu akan dianggap
kampungan, ketinggalan jaman dan tidak kekinian. Benar tidak? Soalnya di sekeliling saya seperti itulah yang terjadi.
Sangat
berbeda keadaannya dengan sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, memiliki
handphone seolah memiliki barang mewah. Saya ingat banget, saya baru
bisa memiliki handphone untuk pertama kalinya pada tahun 2005,
tepatnya saat saya duduk di bangku kuliah semester lima.
Perasaan
saya ketika memiliki “barang berharga” itu hampir tak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Bahagianya sungguh tak terkira.
Handphone polyphonic dengan radio itu mampu melambungkan rasa percaya
diri yang saya miliki hingga berkali lipat. Pasalnya, pada masa itu tidak semua orang diberi keberuntungan untuk memiliki handphone.
handphone pertama yang saya miliki |
Namun
lihatlah saat ini. Handphone dimiliki oleh hampir semua orang. Handphone seolah sudah menjadi kebutuhan pokok tak ubahnya
makanan ataupun pakaian yang semua orang wajib memilikinya. Ia tidak
lagi menjadi “barang mewah” seperti sepuluh tahun yang lalu, kini
ia menjelma menjadi barang primer.
Contoh
kecil dari hal ini adalah banyaknya anak balita yang sudah akrab
dengan perangkat yang satu ini. Tidak perlu jauh-jauh mengambil
contoh, "Wahyu" anak saya saja yang usianya belum genap lima tahun sudah
pandai memainkannya dan sudah akrab dengan teknologi ini sejak
usianya baru menginjak dua tahun.
ckckck, anak sekecil ini sudah pandai memotret menggunakan handphone ^_____^ |
Bukan
hanya handphone, Wahyu juga sudah akrab dengan laptop/notebook sejak dini.
Ia sudah pandai meng-on/off-kan laptop punya suami saya sejak usianya masih
tiga tahun. Mungkin karena sering melihat papanya menyalakan dan mematikan laptop, ia dengan mudahnya meniru hal itu. Bila ingin bermain game atau menonton video favoritnya, tanpa ragu ia akan membuka dan menyalakan laptop suami atau notebook saya. *FYI, di laptop suami dan notebook saya memang tersimpan beberapa game dan video untuk anak-anak*
Melihat
tingkahnya, seketika saya teringat masa-masa awal saya mengoperasikan komputer belasan tahun yang lalu. Percayakah kamu bila saya katakan bahwa saya baru memegang
komputer untuk yang pertama kalinya adalah saat saya sudah duduk di bangku
kuliah semester satu? Mungkin banyak diantara kamu yang tidak
percaya, tapi itulah yang terjadi.
Saya ingat, komputer yang pertama
kali saya pegang adalah komputer kakak senior saya di kampus yang
kebetulan tinggal di kost-an yang sama dengan saya.*FYI again, saya
bersekolah di satu-satunya SMA yang ada di kecamatan tempat tinggal saya dan waktu itu belum ada
mata pelajaran komputer. Jangankan belajar komputer, saat itu sekolah
kami bahkan belum memiliki satu unit komputerpun, begitu juga dengan tempat kursus komputer, belum ada yang membuka usaha itu di kampung kami, jadi itulah
alasannya mengapa saya baru memegang komputer setelah duduk di bangku
kuliah*
Saat
pertama kali memegang mouse komputer punya kakak senior itu tangan
saya gemetaran. Walau sudah berulang kali diberitahu agar tenang dan
santai saat memegang mouse, tapi jantung saya tetap berdetak kencang seperti genderang mau perang hingga membuat folder atau file yang saya klik susah banget terbuka.
Hahaha kalo mengingat kejadian itu rasanya malu banget euy.
Saya
baru mengenal istilah “Hang, loading, restart, on/off” dan
beberapa istilah lainnya di bidang teknologi saat berusia tujuh belas tahun, sesaat setelah tamat SMA sedangkan anak saya mengenal istilah itu di
usia yang sangat belia. Timpang banget yah perbedaannya?
Menanggapi
fenomena ini adik saya sempat melontarkan kalimat yang bunyinya
kira-kira seperti ini:
“Wahh,
enaknya jadi anak jaman sekarang, masih kecil-kecil sudah akrab
dengan teknologi, bandingkan dengan jaman kita kecil dulu, main
tetris saja seolah sudah menemukan permainan yang paling canggih”
Kalimat
adik saya itu rasanya tepat banget. Tapi mungkin memang sudah takdirnya
anak-anak yang terlahir di zaman millennium ini menjadi anak yang
melek teknologi sejak usia dini, wong masih di dalam kandungan saja mereka sudah
diperiksa pake alat-alat yang menggunakan teknologi canggih kok, jadi
bukan hal yang mengherankan bila mereka sudah akrab dengan teknologi
sejak usia belia.
salah satu generasi millenium yang sudah melek teknologi sejak usia belia |
seperti inilah gaya Wahyu bila sedang serius di depan notebook saya |
Dampak
teknologi bagi anak
Namun secanggih apapun teknologi ternyata tetap memiliki dampak positif juga negatif bagi penggunanya. Seperti itu juga yang kami rasakan. Lalu
apakah dampak yang didapatkan bila mengenalkan teknologi (dalam hal ini hanphone/smartphone/tablet & laptop/notebook) pada anak
sejak usia dini?
Ini dia dampak positif dan negatif yang kami rasakan setelah mengenalkan teknologi sejak dini pada Wahyu:
Dampak
positif:
- Anak lebih cepat mengetahui sesuatu.
Sejak
mengenal handphone (smartphone) dan laptop/notebook, Wahyu menjadi lebih
cepat belajar. Beberapa permainan dan video yang dimasukkan oleh
papanya dalam smartphone dan laptop/notebook mampu membuatnya mengetahui
banyak hal yang kadang membuat saya membatin “ih, ternyata anak
saya sudah sepintar ini”
ilmu yang didapatkan dari papanya, diajarkan kembali pada adik sepupunya :) |
- Saat sedang asyik bermain di depan laptop dan smartphone, Wahyu menjadi anak yang “tenang dan manis”.
Wahyu
tidak akan banyak tingkah saat sedang memainkan laptop atau
smartphone. Ia hanya akan duduk atau bobo manis menyaksikan apa yang
ada di depannya. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk menyelesaikan
beberapa pekerjaan yang sebelumnya terpending.
Dampak
negatif:
- Anak menjadi malas melakukan sesuatu.
Saat
Wahyu sedang asyik bermain atau nonton di depan laptop/smartphone,
kami (saya dan suami) akan kesulitan untuk memintanya melakukan
sesuatu. Mau makan ogah, mau mandi malas, mau tidur siang susahnya
minta ampun. Ia baru akan mau melepaskan diri dari belenggu “benda
keramat” itu bila keduanya lowbat.
Teknologi
yang mendukung keseharian kita sejatinya memiliki sisi positif dan
negatif, tergantung seberapa cerdas kita memilah dan memanfaatkannya. Sampai saat ini
saya masih mengizinkan Wahyu untuk menggunakan laptop juga tablet/smartphone
karena merasa lebih banyak manfaat dibanding mudharat yang kami dapatkan dari kedua
teknologi ini.
"Lomba
ini diselenggarakan oleh IDCopy.net dan Eliska.id"
44 Komentar
ahayyy, si ken jg gt mbk, klok udh dpn tv, susah bgd diajak mandi. bahkan kdg klok kebelet pipis pun rela ditahan, demi nonton acara favoritnya...hadehhh. anak-anak ya
BalasHapustp sejauh ini, sama kyk dikau mbk, aku jg masih ngijinin si ken nonton tv mbk, alhamdulillah, bnyak manfaatnya,
anak-anak kalo udah asyik melakukan sesuatu bakalan gak tertarik lagi melakukan hal lainnya yah Mba Inda :)
Hapushenpon pertama saya itu yang gede banget ituloh mbak tahan banting hahaha sekarang gatau dimana
BalasHapushp saya itu bahkan masih berfungsi hingga kini loh Mba Ninda, hanya saja lampunya udah gak nyala dan kadang-kadang suaranya hilang. tapi kalo dipake telponan, sms dan dengar radio masih bisa, hihihi :D
Hapussaya mulai kenal hape pas udah kerja hihihi. Giliran anak saya juga sejak kecil :D
BalasHapuskarena mereka terlahir di jaman teknologi Mba, makanya gak heran kalo mereka melek teknologi sejak dini :)
HapusBetul banget mba, sama kayak anakku. Jadi biar dia nggak ngetablet mulu, semua video yutub yg dia suka tak download, nontonnya tentu saja di TV layar datar yg bisa nyolok FD fyuh
BalasHapusbelum pernah coba nyolokin FD ke TV Mba, tapi sepertinya mulai sekarang akan saya coba deh, biar dia gak ganggu aktivitas mamanya ngeblog :)
Hapusdilema ya mbak... apalagi anak2ku sdh besar semua
BalasHapusmau dilarang itu kok ya gak bisa
yg penting kita tetap memantau saja
anak-anak semakin dilarang semakin penasaran Mba, tapi memang harus dipantau :)
Hapuswah hape pertama nya sama mbak..punya saya yg warna pink tp sudah hilang. hape keren pada jamannya :)
BalasHapusitu juga casingnya warna pink Mba, cuman karena sering jatuh jadi saya ganti casingnya jadi warna pink :)
HapusBeda zaman beda cerita, dulu ibu saya juga suka bilang begitu waktu saya masih kecil, hehe.
BalasHapusSekarang giliran saya yang bilang begitu.
Saya lupa lagi ada lomba ini, sukses untuk lombanya ya mbak Ira
iya Mba Lidha, setiap generasi punya cerita dan keunikannya masing-masing :)
HapusAmin untuk doanya :)
Untung pas bocah masih ngerasain enaknya jadi bocah yg bisa main pake tenaga, main petak umpet gitu. Beda sekarang mainnya cuma duduk sama liat gadget aja huhu.
BalasHapusHape pertamaku Nokia 3310 waktu SD hahaha, ga dibuat komunikasi cuma dibuat main Snake sama Space Impact. Dulu itu game paling mutakhir, ya kan?
bahkan hingga beberapa bulan yang lalu saya masih suka main Snake sama Space Impact itu loh, emang sesuatu deh kedua game itu hihihi :D
HapusWaduh, gaya Wahyu keren pisan ;)
BalasHapusIya ya Mak, lain generasi lain juga jamannya. Semua ada sisi positif dan negatif, tinggal kita selaku user yang harus bisa menguasainya :)
sesuai judul yah Mba, beda zaman beda cerita :)
HapusAduh jadi inget juga sama handphone pertama saya waktu itu, ada sedihnya dan adan senangnya juga kalau mengingat masa masa kebelakang dan salah satunya mengingat hp pertama saya. Tapi alhamdulillah semakin kesini alhamdulillah hp juga semakin meningkat.
BalasHapushp pertama memang selalu punya cerita menarik yah Mas :)
HapusPintarnyami tawwa Wahyu, ilmunya ditransfer lagi ke sepupunya ;)
BalasHapushihihi, iya say :D
Hapushaaa iya, ponakanku gak aku ajarin aja bs otak atik hpku mbak. batita skrg mah canggih. ibuku sampe geleng2 liat cucunya yg pinter main hp. dan baru mau lepas kalo batre habis
BalasHapusbegitulah anak-anaj sekarang Jiah, bikin geleng-geleng orang yang melihatnya :D
HapusWahahaha emang bener sih -_- jaman sekarang sama jaman dulu mah beda banget -_- dulu aku SD mah sama sekali nggak kenal yang namanya hape, suweran deh -_- tapi sekarang, anak SD mah selfie-selfie instagraman :D
BalasHapussaya ajah baru punya akun instagram belum lama ini, ckckck anak-anak sekarang memang sudah canggih-canggih euy :D
HapusIya mbak... Saya masuk SMA tahun 95. Komputernya masih under DOS blm windows...masih pake 2 disket master dan satunya buat nyimpen data. Rental komputer sebuah lahan bisnis. Wartel masih banyak... Sekarang? Anak kecil aja pegangnya hp:-)
BalasHapussekarang usaha wartel & warnet hampir nggak bisa menghasilkan lagi yah Mba soalnya hampir semua orang sudah bisa mengakses internet dan menelpon lewat hpnya masing-masing :)
HapusHP pertama saya masih jadul seperti punya mbak Ira yang gambar atas itu, tapi HP pertama anak saya sudah android touchscreen. Kerenan mana, hayoo? Hehe
BalasHapusOrang tua harus pandai-pandai mengawasi penggunaan HP pada anak ya, mbak Ira :)
tentu kerenan hp anak-anak kita dong Mba :)
HapusIya bener. Teknologi sekarang sudah merambah nyaris ke semua orang berbagai genre usia bahkan status sosial.
BalasHapushp sekarang bukan lagi barang mewah yah Mba Ade karena semua orang sudah bisa memilikinya :)
HapusTeknologi itu ada di dua sisi ya mbaa. Kalau bisa dipergunakan dengan baik hasilnya akan baik pula. Begitu pun sebaliknya :)
BalasHapusiyap, benar banget Mba Alida :)
Hapusiya mbak memang beda zaman beda pula cara pengajarannya yah
BalasHapusanak balita ku aja dah tau banget ama laptop wkwkwk
Henpon sekarang jadi kebutuhan pokok yaaa, ketinggalan hp pasti balik lagi ambil
BalasHapusNo way mba.. Generasi millenium apa generasi sosmed hehehe.. Aku prefer kalau memang ingin mengajarkan anak untuk memotret sesuatu, berikan kamera, bukan henpon.. Pelajaran juga nih buat aku, wanti wanti banget sama yang namanya gadget for kids.. Btw good luck ya mba
BalasHapusAnakku juga pande bgt nonton youtube n foto selfi
BalasHapusYang jelas kalau dulu pake HP jadul lebih banyak bersilaturahmi dengan saudara dan orang terdekat, tapi di era smartphone seakan terbalik, "menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh" :'(
BalasHapuskalau dulu hp ga ada kameranay ya mbak :)good luck y ambak lombanya. Maaf aku baru bisa mampir lagi mbak
BalasHapusYuppss...setuju mba. Sejatinya kecanggihan teknologi jgn sampai melenakan yg membuat terjerumus pada hal nwgatif
BalasHapusWah telat banget mau ikutan lomba ini.
BalasHapuskok sama sii mba, handphone saya yang pertama juga hape nokia yang itu waktu zaman SMP tahun 2004an hehehe *salam kenal :)
BalasHapusAdek sepupuku juga masij kecil kecil udah jago banget mainin game di smartphone sementara aku belum tamay dia udah duluan. Tapi ya gitu, kadang dengan dia betah main sama smartphone jadi malas bersosialisai.
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊
Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉